Aku tak tahu kenapa tetiba aku merasa takut. Untuk pertama
kalinya aku merasa takut mencintaimu. Takut kalau sewaktu-waktu aku tak lagi bisa
berbagi duniaku denganmu. Takut kalau sewaktu-waktu kita saling berjalan
berlawanan arah. Takut kalau sewaktu-waktu kita tak lagi mampu menepis titik
ego kita masing-masing, hingga titik tuju itu tak lagi menyatu. Tak lagi tampak
dekat dan indah, namun justru semakin menjauh dari titik rengkuh kita. Dan apa
yang bisa kita lakukan untuk semua itu? Tidak ada! Ya, sayangnya tidak ada. Kita
tak bisa melakuka apa-apa. Entahlah. Inilah untuk pertama kalinya aku merasa
takut yang barangkali tidak berdasar.
Tak ada yang salah dengan hari-hari kita, paling tidak
akhir-akhir ini. Tapi entah kenapa perasaaan takut itu tiba-tiba menyerangku.
Membelengguku. Menghantam keyakinanku yang telah menahun kusemai dengan pupuk
terbaik. Tiba-tiba alam pikir liarku berkecamuk. Aku terjebak dalam labirin
yang kubuat sendiri. Bahkan hanya membayangkanmu melangkah pergi dari alur
hidupku saja tegak jalanku serasa pincang. Duniaku rasanya tak lagi seimbang. Lalu
bagaimana jika imaji itu berjuang menang? Entahlah. Barangkali aku harus lebih belajar
lagi tentang arti melepaskan.
Melepaskan. Kenapa tiba-tiba kata itu yang terlontar?
Entahlah. Inilah ketakutanku yang tak berdasar. Seperti ada bahasa alam yang
membisikkan lirih pada indera pendengaranku. Aku takut. Aku menolak. Aku
menyangkal. Tapi perselisihan kita serasa bergaung nyata. Kita tak bertengkar,
hanya berselisih yang barangkali bukanlah hal yang besar, namun tak juga cukup untuk
dikatakan kecil.
Melepaskan. Tak pernah mudah memang memaknai kata itu. Tak
semudah mengeja rangkaian huruf demi huruf yang melekat padanya. Nyatanya,
orang butuh keikhlasan tinggi untuk bisa memahami dan menerapkan kata itu.
Membiarkan apa yang semestinya terjadi, barangkali itu juga merupakan bagian
dari melepaskan. Sekalipun kau menolak mati-matian. Ah tidak, sekalipun aku menolak mati-matian.
Orang yang kamu cinta berlawanan mungkin sudah takdir tapi orang sekelilingmu Insya Allah slalu mendukung... Trus ciptakan karya"mu n cintai orang yang membuat kamu slama ini nyaman... Cemunguth kakakss :))
ReplyDeleteHey.. kenapa kamu begitu peduli??
ReplyDeleteYang satu, lelaki yang kucintai dengan sangat, dan satunya lagi lelaki yang mungkin kusakiti dengan sangat.
Sejujurnya aku bingung bagaimana harus menghadapimu,
but honestly i thank you for your supports.
and i say honestly too, i love him so much, sekalipun mungkin jalan tempuh ini masih harus panjang, pun berliku.
Aiissss aku cukup coment utk memberi dukungan kamu tentang semua cita"mu, kegilaanmu dan karyamu.. Bukan tentang masa lalu!! :))
ReplyDeleteSlalu ku tunggu karya"mu yang lainnya, moga aja uda dalam bentuk buku :))
belajarlah untuk melupakan itu, aku sedang membangun cita-cita yang baru.
ReplyDeletebarangkali aku hanya ingin menjadi seorang ibu. ^_^
btw, apa kabar disana pasca erupsi Kelud?
ReplyDeleteBaguuss lah, asal ga bercita" yg menyimpang :D
ReplyDeleteAlhamdulillah ga ada kabar yg buruk dgn tempatku pasca erupsi, moga bencana sinabung keluarga di sana juga baik" aja. Amin
sayang, entah aku yang lupa ataukah memang kamu yang comment soal blogku yang gak bisa kamu baca ya?? hehe sorry, kemaren sempet di private. udah aq ubah kog sai.. silahkan blogwalking sai, jalan2 ke blogku yaaa..
ReplyDeleteoke2. :)
Delete