Wednesday, June 01, 2016

I Choose Nothing


Begini ya rasanya terjebak pada pilihan? Bukan karena dihadapkan begitu banyak pilihan tetapi karena nyaris tak bisa memilih karena tak punya pilihan apapun. Terlebih lagi pilihan itu tidak menyenangkan. Sejatinya saya bukan orang yang gemar dihadapkan dengan pilihan macam-macam kalau toh satu pilihan saja sudah memusingkan. Sebab memilih bagi saya setara dengan menentukan jalan buat hidup saya. Satu pilihan akan membuka pilihan-pilihan lain. Satu jalan akan membawa langkah saya semakin jauh menemukan jalan lain yang sayangnya saya tidak tahu apakah jalan itu benar jalan yang ingin saya tuju. Saya sendiri bukan orang yang jago dalam hal memilih. Bukan pula orang yang bisa diandalkan dalam menetapkan sebuah pilihan dan keputusan. Saya seringkali pusing sendiri hanya karena selera rasa saya yang aneh. Sering berganti-ganti. Saya seringkali “disesatkan” oleh perintah otak saya sendiri. Begitulah, bagi saya memilih tak pernah terbilang mudah. Apalagi saya tak punya kuasa untuk memilih, bahkan hanya untuk sekedar mengatakan kata “tidak”. Sejatinya dalam proses pemilihan hanya ada dua pilihan. Iya atau tidak. Namun ketika dalam peroses pemilihan tersebut jawaban kita nyaris tak bakal diperhitungkan, apa guna kita mempunyai hak pilih? Apa guna kita disodorkan pada pilihan iya dan tidak yang nilainya semu semata? Dalam hal ini pilihan apapun nyaris tak berarti. Kuasa telah memegang kendali. Dan saya telah mati tanpa pilihan yang bisa saya pertimbangkan. Karena dalam hal ini tak pernah ada yang namanya proses pemilihan. Jual beli sudah dipatenkan. Tak boleh ada tawar menawar. Tak boleh mengkalkulasi untung-rugi. Semua sudah beroperasi layaknya pasar pagi.


No comments:

Post a Comment