Friday, August 02, 2013

The Real of Homesick


Inilah sakit itu. Akumulasi dari keinginan-keinginan kecil yang belum juga kesampaian. Akhirnya sebulir keinginan itu perlahan namun pasti menunjukkan kekuatannya. Merobohkan system pertahanan yang paling dihindarkan.

Inilah bentuk kesakitan itu. Rupa yang terus bermetamorfosa menuju bentuk paling sempurna. Tanpa lelah.

Inilah rindu yang terus membelenggu. Hampir mematikan semua imun tubuh. Atau jangan-jangan malah sudah?

Ya, nyata-nyata kurasa bahwa inilah sakit itu. Sebongkah perasaan rindu yang terus menerus menggulung arus waktu yang sayangnya tak mampu kutangkup, terlebih lagi untuk kusalurkan.

Alangkah sakit rupanya merindu itu. Terlebih merindu mereka yang teramat jauh. Ah, rupanya bukan! Bukan mereka yang jauh. Akulah yang jauh. Lebih tepatnya akulah yang memilih menjauh. Memilih terlempar jauh dari segi dimensi jarak, ruang dan waktu dari mereka yang kutahu terus menggelindingkan do’a untukku.

Rindu ini, sakit merindu ini, mungkin masih akan terus membelengguku. Sampai kapan, entah! Menyiksaku dengan cara yang paling manis dari semua cara yang ada. Menyusup lewat alam mimpi. Berkembang liar dalam dunia imaji. Dan menyapaku dengan berbagai cara-cara lainnya. Duhai, alangkah sakit rupanya merindu.

Masih terrekam jelas sebentuk wajah satu demi satu orang-orang yang sedari dulu kusebut sebagai keluarga. Satu demi satu wajah itu berganti dalam slide imajiku. Wajah ibu yang mulai menua. Wajah ayah yang tampak lelah. Juga wajah-wajah bocah yang tampak selalu ceria. Ah, semua wajah itu entah dengan kejamnya atau malah dengan baiknya menyusup lewat alam mimpi. Membuatku seakan sesak napas. Memaksaku harus semakin keras membangun benteng pertahanan.  Membuatku dengan tanpa sengaja menabung pundi-pundi rindu. Dan betapa sakitnya bikin aku ngilu.

No comments:

Post a Comment