Tadi siang aku berkesempatan makan siang bersama seorang
teman setelah sekian lama kita gak spend time together even just for a little
thing. I love this moment, of course. Karena ketika kita makan, kita gak cuma
sekedar makan. Banyak cerita dan berita terkini yang bisa kita bagi. Bukan
tentang sesiapa, tapi tentang dunia kita sendiri. Kita gak ngomongin gossip
seleb karena aku bukan tipikal orang yang update akan hal itu. Dan itu gak
penting, tentu saja.
Cerita siang tadi berfokus pada pernikahan. Awalnya dia
bercerita tentang dirinya sendiri yang ianya adalah calon pengantin. Dia cerita
tentang ribetnya ngurus ini itu tentang pernikahan. Penentuan waktu juga
menjadi sumber ‘kepusingannya. Kemudian percakapan bergeser menjadi penyebutan
nama A, B, C, D yang baru aja nikah, dan yang akan nikah dalam waktu dekat.
Maka terdatalah mereka, orang2 terdekat yang kita kenal berlomba2 menuju
gerbang pernikahan.
Berbagai latar belakang pernikahan pun beragam. Dari 4 nama,
aku tuturkan 2 saja ya. Ada yang setelah sekian lama – lebih dari 3 tahun –
berhubungan sepasang kekasih tetapi tak direstui oleh pihak keluarga si perempuan,
tapi baru Minggu lalu akhirnya tersenyum senang karena perjuangannya kini
berbuah menang. Mereka akhirnya menikah. Kronologinya? Si lelaki nekat mendatangi
orang tua si perempuan, kemudian dia pun mendapat tantangan besar. Ortu si perempuan
menantang tamunya untuk menikahi anaknya esok hari. Voilaaaa… maka menikahlah
mereka. Sampai disini, saya harus bilang “itu hebat!”. Allah memang sang
Penjodoh terbaik.
Ada lagi, si B, baru minggu lalu dilamar dan akan menikah
selambat2nya akhir tahun ini, begitu rencananya. Kronologinya? Si B ini
perempuan ya. Asli Jogja, tapi setahun lalu dia tinggal di Kalimantan. Hubungan
mereka bermula lewat perkenalan, ajang perjodohan lebih tepatnya, dari seorang
teman. Ya teman makan siang saya ini, salah satunya. Hehe. Karena mereka
berdua. Tadinya teman makan siangku ini ngerekomendasiin aku buat temen
lelakinya itu. Tapi aku dinilai terlalu galak oleh temanku lainnya. Jadinya otomatis
di black list lah saya. Ahahaha. Oke, lupakan part ini. Kita focus ke mereka. Jadi,
berhubunganlah mereka ini secara jarak jauh. They had met before, but never know
deeper each other. They built their long distance relationship between Yogyakarta
and Kalimantan. Tapi sekarang tidak lagi. The woman has come to her homeland. It’s
great, right? Obviously. Kalau sudah jodoh, bisa bilang apa? Lagi2 cuma bisa bilang
Allah selalu punya cara.
Tapi dibalik cerita yang mengagumkan di atas, aku terkejut
dengan penuturan sisi lain cerita temenku. Menurut temenku, lelaki ini setahun
yang lalu punya pacar dan putus. Kini jadi mantan dong ya? Nah, mantannya si
lelaki itu kabarnya akan nikah bulan Desember tahun ini. Sementara si lelaki baru
ja ngelamar temenku dan nentuin bulan pernikahannya direncanakan bulan
November. Nah loh?? Aku sih sejujurnya ga mikir apa2 tentang kronologi ini. Apakah
ini semacam ajang balap2an nikahan atau apa. Tapi setelah denger argument temenku
jadinya aku ya gitu deh. Agak mikir kesitu juga. Bukan mikir tentang ajang
balapannya, tapi jadi semacam bercermin dan berdo’a dalam hati. Mudah2an aku dijauhkan
dari hal yang begini. Mudah2an aku cukup ‘baik’ untuk dijauhkan dari hal2 yang
begini. Aamiin.
Kesannya mengagumkan kalau kita baru deket sama seseorang,
kemudian dalam waktu singkat kita dilamar dan langsung diajakin nikah. Buat
yang gak tau, pasti it sounds amazing. Mungkin begitu cara Tuhan menjodohkan
kita. Tapi kalo ada kronologi begini kan jadi ngerasa gimana gitu. Kan semacam
korban. Nah, aku jadi agak mikir. Bercermin. Mudah2an kalau saatnya aku harus menikah,
tidak ada unsur aneh2 dibaliknya. Belajar jadi lebih mawas diri. Mudah2an calon
suamiku kelak cintanya tulus. Gak ada sisa cinta atau motif lain dari cintanya
yang lalu. It hurts, anyway. Pun, aku jadi bersyukur juga, untung aja lelaki
itu gak jadi dikenalin sama aku. Bukannya aku kegeeran bakal dinikahin dia
seandainya aku lah orang yang dikenalkan kepadanya, sungguh bukan itu. Ya, jadi
bersyukur aja. Buatku, bukan begitu caranya untuk menuju ke pernikahan. Aku masih
cukup sabar menunggu keajaiban Tuhan. Kenapa harus tidak percaya pada rencana
Allah?
Aku sih berdo’a, mudah2an si lelaki gak ada motif begitu. Kalau
beneran ada kan kasian ceweknya. Sebagai orang luar, aku doain semoga mereka
berdua berbahagia. Kini dan nanti. Nah dari cerita orang2 pun kita bisa
belajar. Kita selalu butuh cermin untuk ‘merias’ diri. Merias untuk mawas diri
itu perlu.
No comments:
Post a Comment