Misi sudah selesai. Alhamdulillah saya sukses menaklukkan tantangan ujian meskipun gagal memupuk kepercayaan diri dalam menghadapi penguji. Nggak ada ujian yang mudah, apalagi modal hafalan. Hafalan tidak bisa selamanya kekal dalam ingatan. Sialnya sekalipun sudah mati2an menghafal kadang2 bisa bubrah hanya karena gerogi. Bikin suara tetiba jadi gemetar dan nggak stabil, lama-kelamaan bisa bikin hilang fokus dan akhirnya materi hafalan seakan hilang dari ingatan. Bukan karena nggak hafal, tapi gerogi yang akhirnya berimbas pada lupa. Jadi kesannya di depan penguji kitanya nggak hafal, padahal cuma masalah hilang ingatan sejenak. Ujung2nya mempengaruhi nilai ujian. Memang sih nilai bukan tujuan, tapi kalau bukan karena mengejar nilai nggak akan ada barometer kelulusan. Jadi, dalam setiap ujian mengejar nilai itu perlu, dalam artian mengejar kelulusan. Alhamdulillah, saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.
Ujian ini mengajarkan saya banyak hal tentang mempelajari Al-Qur'an. Sebelum ujian, saya merasa materi ini lumayan berat buat saya. Belum lagi mengingat kemampuan menghafal saya yang payah, saya rasanya sedari awal frustrasi dini. Mencoba berkali-kali menghafal tapi nggak 'masuk2', ujung2nya saya minta bantuan guru. Alhamdulillah, cara ini manjur. Saya dipaksa menghafal agar sampai pada tujuan, mencapai kelulusan. Terima kasih tak terhingga pada guru yang telah membimbing saya selama proses belajar (menghafal materi ujian). Saya jadi tertantang untuk mengikuti ujian tahap selanjutnya.
Saya sungguh bersyukur ada dalam lingkungan orang2 pecinta Al-Qur'an. Melalui perjalanan menuju ujian ini saya menyaksikan banyak hal tentang kecintaan guru2 saya memuliakan Al-Qur'an. Seeing is believing. Begitulah kira2 pelajaran yang saya dapatkan dari perjalanan ini. Saya menyaksikan mereka menyibukkan diri dengan bacaan Al-Qur'an. Sepanjang perjalanan masing2 kami bermuroja'ah dengan hafalan masing2 dimana kami terbagi dalam 2 materi ujian yang berbeda. Ada yang gantian saling menyimak bacaan untuk mengoreksi bacaan yang keliru, ada yang membaca Al-Qur'an selama diperjalanan untuk menggenapi proyek ODOJ (one day one juz), ada yang berbagi cerita tentang pengalaman dakwah, ada pula yang berusaha tidur supaya tidak mabok darat. Melihat dan mendengar mereka melantunkan ayat2 Al-Qur'an saya rasanya tertonjok. Ada nyeri di ulu hati saya. Saya yang jauh lebih muda dari mereka ternyata sangat jauh tertinggal dalam memuliakan Al-Qur'an, bahkan terkesan mengabaikan. Mereka yang dengan kesibukannya tinggi saja masih menyempatkan diri membaca Al-Qur'an. Tak satu hari pun mereka lewatkan dalam membaca Al-Qur'an. Saya salut sekaligus malu melihat keistiqomahan mereka. Saya yang masih muda, masih segar, punya cukup waktu luang belum bisa seistiqomah Beliau.
Ketua rombongan ini adalah seseorang yang usianya sudah senja, tapi ghiroh Beliau dalam memuliakan Al-Qur'an sangatlah tinggi. Seringkali Beliau bermuroja'ah melantunkan ayat Al-Qur'an, sesekali juga bercerita tentang kecintaan beliau dalam berdakwah. Perjalanan kemarin saya mendengar langsung beliau muroja'ah surah Al-Waqi'ah dengan sangat indah. Saya takjub dan terpukau. Tingkat kekaguman saya kepada Beliau mendadak naik drastis. Saya balut cinta saya dengan syukur dan do'a. Saya bersyukur karena bisa secara langsung berinteraksi dan belajar dari beliau. Semoga Allah berkenan memanjangkan umur beliau, memberikan kesehatan, keselamatan, dan keberkahan tak putus2nya kepada Beliau, mengistiqomahkan langkah Beliau dalam berdakwah, meridhoi dan merahmati hidup Beliau sekeluarga. Aamiin ya Robbal 'Alamiin.
Namun pelajaran yang saya dapat tidak putus sampai disitu. Sebagaimana kita tahu, perjalanan panjang lintas provinsi yang ditempuh lewat jalur darat pasti melelahkan. Belum lagi keadaan badan jalan banyak sekali yang rusak berat membikin laju kendaraan melambat, waktu tempuh perjalanan menjadi terhambat sehingga memakan waktu yang lebih lama dari estimasi waktu tiba. Kami akhirnya tiba di tujuan dengan waktu yg lebih panjang, lumayan agak malam. Terhitung terlambat untuk ukuran jam makan malam. Setelah menghormati jamuan tuan rumah, kami dipersilakan istirahat agar besok pagi bisa fresh ketika ujian. Namun apa yang saya saksikan? Lagi2 saya takjub dengan pandangan mata saya. Hampir tengah malam setelah menempuh perjalanan seharian, lelah seperti tiada pada diri mereka. Guru2 saya setelah membersihkan diri, mereka tidak langsung ambil posisi tidur. Yang terjadi adalah mereka menyempatkan diri dengan membaca Al-Qur'an. Sesibuk dan selelah apapun mereka, mereka tak lupa pada misi ODOJ mereka. Saya lagi2 seperti ditonjok. Saya sungguh jauh tertinggal dari mereka. Mereka bela2in bertadarus hingga dini hari demi mengemban sebuah misi, membaca Al-Qur'anul Karim. Saya boro2 ODOJ, sebulan sekali aja belum tentu khatam Al-Qur'an. Melalui perjalanan ini saya seperti dipanggil dia diingatkan untuk berlomba2 dalam kebajikan. Nggak ada kata terlambat dalam mencari ridho-Nya, seperti kemarin bekal sebelum ujian, awali saja dengan Bismillah. Semoga barokah.
No comments:
Post a Comment