Friday, February 03, 2017

Perjalanan

Sepanjang perjalanan darat, banyak sekali jalanan yang berlubang. Ini jalanan benar2 memprihatinkan. Lubangnya terlalu banyak dan lumayan dalam. Setiap pengendara harus mengurangi laju kecepatan kendaraan dan harus ekstra hati-hati menatap jalanan. Itulah kenapa saya lebih menyukai perjalanan udara ketimbang perjalanan darat. Bukannya perjalanan udara tanpa hambatan, justru perjalanan udara tergolong mengerikan dalam hal kecelakaan. Saya ngeri tiap ngebayanginnya jadinya gak akan saya bahas efek kecelakaan pesawat terbang. Setiap orang pasti tahu akan kengerian itu. Tapi tahukah bahwa konon katanya pesawat terbang (kendaraan udara) merupakan alat transportasi yang minim kecelakaan?

Tingkat kecelakaan pesawat terbang jauh lebih kecil dibandingkan kecelakaan pada transportasi darat maupun laut. Yang kita lihat dan dengar dari media tentang kecelakaan pesawat terbang itulah sebagian kecil kecelakaan transportasi udara, sehingga ketika ada kecelakaan maka ia seolah menjadi satu berita yang besar atau lebih tepatnya dibesar-besarkan. Jika kita amati tiap hari raya besar keagamaan seperti Lebaran (Idul Fitri) misalnya, banyak sekali kendaraan darat, laut, maupun udara yang berlalu lintas di lintasannya masing2. Nah, pada saat hari raya keagamaan itulah banyak terjadi kecelakaan darat maupun laut, kecelakaan darat menjadi tingkat tertinggi, sementara kita jarang mendengar kecelakaan pesawat terbang pada hari raya keagamaan. Kalaupun ada datanya tidak sebanyak kecelakaan alat transportasi darat maupun laut. Sebenarnya kendaraan laut juga lumayan aman, namun umumnya kecelakaan ini seringkali terjadi karena overload penumpang. Beberapa tahun belakangan ini menjelang tahun baru kasus yang ada seperti itu, umumnya mereka lebih mengedapankan omset ketimbang keamanan dan kenyamanan penumpangnya. Miris sekali. Harusnya itu bisa ditanggulangi agar tidak terjadi demikian, namun segelintir orang lebih suka memanfaatkan keadaan demi keuntungan pribadi. Menyedihkan. Nilai kemanusiaan tidak lebih tipis dari kulit bawang.

Yang bikin saya ketagihan naik pesawat terbang adalah efek dari naik pesawat terbang itu sendiri. Saya jadi suka berada diawang2. Saya suka melihat langit, awan dan kadang2 air hujan dari ketinggian. Yang tidak kalah menakjubkan saya jadi suka membangun imajinasi. Ketika di udara saya jadi lebih suka bermonolog, apalagi kalau dapat window seat, rasanya surga. Jadi bebas leluasa memandang apa saja. Lihat awan kadang2 gak sengaja bikin fabel sendiri, rasanya jadi bernostalgia dengan masa kecil. Dulu sewaktu saya kecil suka sekali lihat awan, dan mengira-ngira awannya kira2 mirip hewan apa, lalu mulailah membikin fabel sendiri. Hahaha, ternyata saya memang suka menghayal sejak kecil. Tapi ada sih satu kekurangan naik pesawat terbang, harga tiketnya kemahalan, nggak terjangkau. Apalagi kalau Lebaran, bisa2 naik 2x lipat dari harga normal. Selebihnya, naik pesawat terbang itu menyenangkan. Oh ya satu lagi, berada diketinggian bikin saya dekat dengan Tuhan. Saya jadi lebih bersyukur karena Dia menciptakan alam semesta ini luar biasa indah dan seimbang. Tak ada yang cacat dalam penciptaanNya. Saya bersyukur bisa menikmati karuniaNya. Apa2 yg saya lihat di udara membuat saya kagum akan Tuhan saya. Saya jadi berpikir bagaimana cara kerja mereka, lihat awan yang menggantung, langit biru dan kadang2 kelabu, bintang2 yang gemerlap, matahari yang bersinar terang, air hujan yang turun dari gumpalan awan. Sungguh dalam penciptaanNya ada tanda2 kebesaran-Nya bagi orang2 yang berfikir.

Perjalanan menuju Cirebon, Jawa Barat
4 Februari 2017


No comments:

Post a Comment