Aku tidak lagi tahu bagaimana rasanya patah hati semenjak kamu memberikan hatimu untukku. Tak ada hati yang sempurna memang, tapi pola hatimu adalah pola pelangkap potongan puzzle-ku yang hilang. Sepotong saja puzzle yang hilang maka ia tak pernah utuh menjadi gambar sempurna. Sepotong saja puzzle yang berserakan ia tak pernah utuh untuk dibaca. Maka hatimu adalah pelangkapnya.
From the first time we met, I've no idea to fall for you so deep. I've no idea to give my heart for you. Apa-apa yang sudah kita lalui akan menjadi bekal untuk kita melangkah ke depan. Do'a-do'a yang kita pinta semoga melangit di ketinggian tertinggi bersama Ridho Ilahi. Semoga segala niat dan ikhtiar yang diupayakan membawa kebaikan-kebaikan yang lebih besar bagi diri kita masing-masing. Untuk kemudian bisa bersama-sama kita nikmati kebaikan yang lebih besar lagi dalam pola kebersamaan yang kita harapkan ada keberkahan disana.
Sejak mengenalmu aku tak perlu lagi berteman dengan patah hati. Patah hati seakan pergi jauh entah kemana. Bersamamu hati yang patah bertransformasi menjadi sepotong hati yang baru. Meskipun kusadari bersamamu aku jadi jauh lebih cerewet, haha. Kenapa lah ya kalau bersamamu aku seperti perempuan yang kedatangan periode? Heran. Haha. Tapi justru disanalah kamu diuji. Kesabaran dan kebijakanmu menjadi barometer tersendiri untuk akhirnya aku takluk dan mulai mempertimbangkan kebaikan-kebaikan yang ada padamu. Bersamamu patah hati enggan dekat-dekat lagi.
Aku tahu bahwa aku akan lebih sering beradu argumen kepadamu, meributkan hal-hal kecil dan sederhana, lebih mempermasalahkan hal-hal besar namun semoga kasih sayang kita lebih besar daripada kegaduhan-kegaduhan yang akan kita ciptakan nantinya. Kamu akan menjadi orang yang paling aku kasihi sekaligus aku kesali, tak menutup kemungkinan kita akan saling menyakiti satu sama lain tapi aku berharap kita tidak melakukannya dalam skala besar yang bisa menimbulkan badai. Sebab kamulah kini sumber cahaya dan kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment