Pukul 8 pagi. Akitifitas pagi di rumahku biasanya akan dimulai pada pagi setelat ini. Aku yang terpaksa beranjak dari kasur empuk setelah dengan sengaja bermalas-malasan hingga jarum jam menunjuk ke angka 8. Si batita Bagas yang sudah anteng didepan tipi dengan siaran kartun animasi kesayangan. Sementara masnya masih betah berlama-lama menyandarkan kepalanya di bantal mickey mouse andalan. Ibu dan bapak yang akan segera bergegas turun dari belakang menuju kamar mandi.
Ibu, bapak, dan aku biasanya akan mulai berebut kamar mandi. Berebut mandi pagi. Bergantian. Menunggu gilirian. Terkadang aku mempersilakan ibu masuk lebih dulu, tapi tak jarang pula aku tak mau kalah dari ibu. Sementara bapak, dengan langkah santai akan menuju kamar mandi paling belakang dengan handuk ditangan. Kamar mandi utama yang beberapa tahun lalu setelah dibangun hampir2 tak terjamah. Aku suka memandangi punggung bapak saat beliau melangkah ke kamar mandi belakang. Bapak kini banyak mengalah. Mengalah demi wanita2 kesayangannya. Terimakasih, Bapak.
Pagi setelat ini, biasanya aku akan mencium harum sabun milik ibu. Lalu beberapa menit kemudian akan melihat ibu sujud bersimpuh. Juga melihat bapak dengan baju koko putih bersiap melakukan hal serupa. Aku?? Aku yang dengan sengaja akan senang hati melihat mereka berlama-lama. Terpaku. Bersyukur. Aku suka berlama2 melihat ibu dan bapak sujud bersimpuh di atas sajadah pada pagi hari saat matahari beranjak naik. Aku sejuk melihat mereka berdoa dengan merintihkan suara. Sebab aku tahu, disana ada harap dan doa buatku. Terimakasih, Ibu dan Bapak.
Halo matahari, selamat pagi. Malaikat pagi masih ada di rumahku kan? Tolong sinari, terangi, berkahi. Tolong jaga ibu bapakku wahai Dzat yang Maha.
Pagi adalah memandangi kalian. Ibu. Bapak.
-Ucrit Violette-
No comments:
Post a Comment