As usual tiap kali ga ada kerjaan ya jatuh-jatuhnya dengerin
music. Aslinya pengen nulis sih, tapi nulis itu jatuhnya lebih complicated.
Butuh waktu yang lebih lapang, dan yang terpenting butuh otak yang cemerlang. Sebagai
anak yang isi otaknya pas-pasan, harus sadar diri nih sayanya. Hahaha. Enyiwei,
ditengah keisengan dengerin music di playlist hape secara random, surprisingly I
found ‘Butterfly by Mariah Carey’. This song made me so speechless. Diantara
harap dan impian yang sengaja digaung-gaungkan setiap harinya, tiap hari ga
brenti ngomong sama diri sendiri lewat pantulan cermin, tiap kali punya
kesempatan selalu mencoba untuk mengingat-ingat dan merapal mantra “I want to
be a butterfly, no matter what!”, rasanya kayak ‘kesentil’ sudah berapa jauh
usaha saya demi menuju kesana? Menyedihkan bahwa saya belum mengepak
kemana-mana, saya masih ada dalam tahap telur. Masih dalam metamorfosa
kupu-kupu yang paling awal, paling dasar. Perjalanan masih teramat sangat jauh.
Sedih.
“Spread your wings and prepare to fly, for you have become a
butterfly, Fly abandonly into the sun!” begitu kata liriknya. Seperti kita tahu
bahwa untuk menjadi kupu-kupu memiliki step perjalanannya yang tidak singkat. Ia
butuh waktu untuk menjadi tumbuh sempurna. Keelokan dan kecantikannya bukanlah
hasil sulap seketika. Ia berproses setahap demi setahap untuk berubah menjadi
makhluk yang cantik. In the case of me, apa yang ingin saya perbaiki lebih
kepada memperbaiki kualitas diri. Secara fisik sih, saya sudah bersyukur
dianugerahi fisik sebagaimana adanya. Ya tinggal perawatan ke salon aja tiap
bulannya, haha (kidding men!) biar tampak lebih cerah auranya. Gedubrakkk! Oke,
saya lanjutkan. Semakin bertambahnya umur (padahal anaknya ga sedang berulang
tahun :D), saya merasa wajib untuk selalu memperbaiki kualitas diri saya
sebagai manusia. Terlebih sebagai hamba. Nah, disinilah pusat sentralnya.
Dari monolog yang selalu saya ucapkan, dari mantra-mantra
yang selalu saya rapalkan, dari setiap magic sihir yang selalu coba saya
tanamkan ke alam bawah sadar, nyatanya semua itu belum cukup keras menggema
gaungnya. Bahkan untuk didengar oleh telinga saya sendiri. Usaha saya belum
sebanding dengan mantra-mantra gila yang setiap saat saya rapalkan. Tapi tak
mengapa. Saya sadar kupu-kupu butuh waktu. Pertanyaannya sekarang “berapa
banyak waktu yang saya butuhkan?” Saya perluas lagi “berapa banyak waktu yang
saya punya untuk berubah kesana?” Nah, disanalah titik masalahnya. Saya tidak
tahu berapa banyak waktu yang saya punya untuk saya berhasil bermetamorfosa. Syukur-syukur
saya masih punya cukup waktu untuk mengarah kesana. Allah, Engkau tahu, saya
mempunyai niat itu. Engkau tahu, saya bersiap berjalan mendekat ke arah-Mu. Tolong,
permudah segala harap dan inginku. Dekatkan aku pada hal-hal yang lebih baik
dari kualitas diriku sebelumnya. Wahai Dzat Yang Maha, segala menjadi mudah
atas kehendak-Mu. Mudahlanlah jalanku. Aamiin.
Untuk menjadi cantik bak kupu-kupu tidak bisa didapat dari
hasil instan. Setiap tahap metaforfosa memiliki kesakitan-kesakitan tersendiri.
Untuk bertumbuh dan berkembang, kita tidak butuh ijin dari orang lain. Sejatinya
kita hanya butuh niat dan berjanji kepada diri sendiri. Dan sungguh betapa
dzolimnya kita jika mengkhianati janji pada diri sendiri. Nah, sekarang PR
terbesar saya adalah belajar bersepakat dengan diri sendiri. Untuk memperoleh
hasil terbaik, semuanya diperoleh secara bertahap. Saya sadar tahap saya menuju
kesana masih sangat jauh, tapi mantra-mantra gila itu tidak pernah berhenti saya
rapalkan. Berharap magic bekerja disana. Paling tidak itu sebagai alarm dan
warning buat diri saya tentang mimpi untuk terbang ke langit biru. Say hello to
the sun!
Dari konsep kupu-kupu saya sekaligus belajar tentang hal
lain. Mengutip kata-kata Diana Rikasari “Good deed will always you get greater return”.
Saya belajar bahwa kebaikan-kebaikan yang kita lakukan ternyata semuanya
berpulang kepada kita. Dengan bahasa yang sederhana mungkin menjadi “apa yang
kita tanam, maka itulah yang akan kita petik.” Dalam interpretasi saya, hal itu
menjadi lebih luas maknanya. Bahwa selain kebaikan akan berpulang kepada kita,
ada hal lain yang ternyata jauh lebih esensial. Bahwa kebaikan yang kita
lakukan ternyata menghasilkan bibit unggul yang lain. Saya permudah dengan
sederhana, misalnya nanti ketika saya sudah mempunyai anak, kebaikan-kebaikan
yang saya lakukan saya harap ototamis juga tertanam kepada calon anak-anak
saya. Dan cucu-cucu saya, dst. Dalam sampel diri saya, saya berharap saya
menjadi bibit terbaik dari apa yang orang tua saya punya. Kebaikan-kebaikan
yang mereka tanamkan dalam keluarga saya, pembiasaan diri dalam berbagi, saya
berharap saya tidak lebih buruk dari amalan-amalan mereka. Saya berharap
amalan-amalan baik mereka tidak berhenti di saya dan bisa terus saya lanjutkan,
bahkan saya kembangkan dan tingkatkan. Sungguh, setelah membaca berbagai kutipan-kutipan tentang
kupu-kupu, setelah membaca berbagai buku tentang pelipatgandaan kebaikan saya
berharap saya dapat terus mengamalkan kebaikan-kebaikan. Sekecil apapun itu. Karena
saya sadar kebaikan-kebaikan itu akan menjadi amal jariyah juga bagi kedua
orang tua saya, sekalipun nantinya keuda orang tua saya telah tiada. Saya berharap
kebaikan-kabaikan yang saya kerjakan berkat ajaran-ajaran mereka menjadi
penerang alam kubur dan penolong mereka kelak di alam kubur dan akhirat sana
(tetiba mata berkaca-kaca ngomongin ini, saya berdo’a semoga kedua orang tua
saya sehat selalu dan diberkahi setiap kehidupannya oleh Allah SWT). Baik kebaikan
yang sifatnya individu yang berpulang kepada diri sendiri maupun kebaikan-kebaikan
dalam tatanan lingkungan peradaban manusia. Kebaikan dalam bermasyarakat.
Lalu, jika sekarang saya ditodong pertanyaan “apa yang
paling engkau ingini dalam hidup ini?” Maka akan saya jawab “saya hanya ingin
menjadi kupu-kupu”. Itu saja. Ianya cantik, namun mudah-mudahan sayap saya
tidak serapuh sayap milik kupu-kupu.
Go get your dream, girl! Menjadi kupu-kupu memang butuh proses. Tapi proses yang dijalani seekor kepompong hingga menjadi kupu-kupu itu sudah pasti, sudah yakin pada akhirnya akan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. So, jangan pernah menyerah, karena semua akan indah pada waktunya.iya kan ci?😊😊
ReplyDeleteTerima kasih, San. Yuk sama2 kita terbang 😊
Delete