Thursday, January 19, 2017

I Won Myself

Naluri malam Jum'atnya lagi "keluar" harap maafkeun kalau ngomongnya ngelantur. 😁

"If your ex blocks you, you won".
👆
First time I read it, I laughed out loud. Because what? Because I had a kind-hearted ex, but I did it to my special ex. I did what? I blocked him from all social media accounts. I blocked him from my life. But, did I loose? No, I won. I won to fight myself to remember him, to pass away everything about him. Yeay! 🎉🎉🎉

Menjalin hubungan baik dengan masa lalu kita itu ibarat mengenali diri sendiri. Mengenali kekuatan yang kita punya. Ada memang hal2 yg perlu dan harus diingat dan dikenang, seperti wejangan norma2 kehidupan dari orang tua kita misalnya, namun disisi lain ada pula hal2 yg sengaja harus kita lupakan, ya misalnya perkara ex ini. Haha. Buatku masalah block menge-block ini bukan masalah menang kalah, tetapi lebih kepada melanjutkan hidup (lalu mengalunlah lagu Lanjutkan Hidupmu oleh Jikustik 😁). Kenapa begitu? Ya karena saya sadar, fase kehidupan saya dengannya hanya sampai di titik itu. Harus terhenti dan tidak mungkin dipaksakan untuk diteruskan. Seperti lembaran pada sebuah buku, ceritanya telah usai hingga halaman terakhir, tidak ada kelanjutan cerita karena penulis telah menamatkannya. Untuk melanjutkan cerita, kita hanya butuh lembaran baru, buku baru, orang baru. Eloknya dalam kisah kehidupan kita, penulisnya adalah Allah SWT. Dzat yang Maha Segala. Dia yang paling tahu apa2 yg terbaik buat kita. Sebagai hamba kita hanya perlu bersabar dengan cara kerja-Nya. Karena sesungguhnya dialah sebaik-baik Perencana.

Kembali ke masalah blok-memblok. Saya sedikitpun tidak merasa kalah karena telah memblok semua akunnya. I did unfriend, delete contact, unshared toward him. Honestly I'm free after did it. Alur hidup saya udah gak perlu lagi buat dia ketahui, begitupun sebaliknya. Gak penting lagi buat saya dia mau ngapain atau mau posting apapun karena ya itu tadi, kehidupan kita tdk lagi beririsan. Yang tadinya saling butuh kabar, ketika tdk lagi bersama kembali menjadi asing. Totally. Buatku memang lebih baik ga ada kontak sama sekali. Bukan karena masih nyeri, tapi lebih kepada penerimaan diri. Biar sama2 bisa melanjutkan hidup masing2. Gak saling mengetahui kan jadinya gak saling kepingin tahu detil lebih jauh. Biar kalau mau posting apa2 gak harus dikomentari. Kalau mau posting gebetan juga gak perlu jaga hati. Lol

Hal lain yang lebih penting dari sekedar penerimaan diri adalah menjaga hati. Kali ini tidak menjaga hati ex kita, tapi menjaga hati calon pasangan kita. Pasangan kita kan juga punya hati, nah hatinya itu yg kini harus dijaga. Yang namanya hati laki2 sekuat apa juga tetap aja bisa patah. Salah satu kekuatan  lelaki itu runtuh karena wanita. Masa iya sih kita tega biarin pasangan kita yg baru hatinya patah? Ntar yg repot siapa? Ntar yg nyembuhin siapa? Ya kita juga. Jd better kita ga bersinggungan lagi dengan masalalu (ex), kesian ntar dianya senewen, gak bisa tidur, camberuan, ujung2nya jd nyinyir dan curigaan sama kita. Gak mau kan? Intinya kalau mau membangun hubungan baru jangan lagi ada sisa apapun dari orang masalalu kita. Buat saya sih gak nyaman. Saya pun gak mau diperlakukan demikian. Nah, sebenarnya rumus paling sederhana dalam kehidupan adalah "jika kamu tak ingin diperlakukan seperti yg tidak kamu mau, ya jangan memperlakukan orang lain seperti itu". Intinya hidup itu timbal balik. Perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Begitupun sebaliknya.

Enyiwei, saya cuma ngeblok satu ex saya. Gak semua ex saya blok. Saya juga ada yg masih temenan sm ex di akun media sosial. Belum sampai pada tahap blok-memblok. (cuma belum aja nih, haha). Sejauh ini mereka masih dlm tahap normal, sesekali masih berkabar, kita juga gak ada dendam, dan udah gak punya rasa apa2, kadang2 kepo juga dgn urusan asmara masing2. Masih bisa dikatakan harmoni lah, masih bersilaturrahim dengan cara baik meskipun sudah beda frame. Nah, tetiba ada pertanyaan yg mengusik "lah terus apa yg membedakan masih bisa berhubungan dengan mantan atau tidak?". Hmm, mungkin kadar cintanya. Kadar cinta yg seperti apa? Ya gitu deh.

Tapi ya gak cuma sm mantan aja loh hukum blok-memblok itu berlaku di saya. Sama gebetan juga. Lol. Jadi ceritanya saya pernah jatuh cinta sm seseorang, tapi ya gitu ritmenya cinta dalam diam lagi, cinta dalam do'a lagi. (saya sih emang pecinta yg payah, gak berani jatuh cinta terang2an). Beberapa bulan kalau gak mau dibilang setahun, saya bisa menikmati kisahnya dari jauh. Awalnya sih fine2 aja tau aktivitas dan keberadaannya, tapi lama2 nyesek juga. Bobol juga pertahanan saya. Belajar dr yg kemarin gak boleh jatuh cinta diam2 lagi dlm waktu yg relatif lama, jdnya ambil short cut. Maka menarilah jari tekan tombol removed friend, delete contact, unfriend, unshared, and unfollow. Meskipun setelah itu sesal datang kemudian. Cerita ke temen adanya cuma diketawain. Syedih, teman macam apa dia ya? Haha.

Tapi ya itu, saya sadar bahwa setiap pilihan punya konsekuensi. Adalah kita yg memutuskan pilihan maka kita harus berani menanggung segala akibatnya. Kadang2 kita perlu pura2 tangguh untuk mengundang ketangguhan itu pd kita. Saya orangnya gitu. Saya sering ngomong sm cermin, ngomong sama diri saya sendiri agar diberikan kekuatan dan kemudahan dlm menghadapi warna-warni rasa, saya kenali diri saya dengan monolog supaya jiwa saya tau dia punya raga yg sejalan rasanya. Bahwa segala yg ada didalam diri saya harmoni adanya. Jiwa dan raga menanggungnya bersama.

Sekian.



No comments:

Post a Comment