Apa yang berubah setelah saya menikah? Rasanya belum ada yang secara signifikan berubah. Frekuensi kami dalam berbagi informasi masih biasa-biasa saja. Menikah tak lantas membuat kami saling mengharuskan ber-message-an intens. Kami masih saling mengerti kesibukan masing2. Telponan pun masih jarang-jarang persis sama seperti masih pacaran. Mungkin karena kami masih menjadi sepasang kekasih jarak jauh. Ketika berdekatan kami memang sepasang suami istri namun ketika berjauhan rasa itu pun kembali normal seperti sedia kala. Tak boleh ada pemaksaan atas nama pernikahan. Tinggal di atap yang berbeda konon telah merenggut kebahagiaan kami sementara.
Setelah menikah saya menyempatkan diri untuk ikut suami. Syukur alhamdulillah bisa cuti nikah agak panjang jadi bisa menikmati hidup selayaknya suami istri. Berdekatan secara jarak geografi tapi kenyataannya pun di satu kota bernama Surabaya kami berjauhan secara zona waktu. Sebagai sepasang suami istri yang baru saja disahkan, 24 jam dalam sehari tak lantas membuat kami bisa selalu bersama-sama. Suami saya tetap harus bekerja sebab cuti nikahnya tidak lama. Dan saya harus dengan rela menunggunggunya pulang kerja dengan jam kerja yang tak teratur setiap harinya. Jadwal kerja yang shift-shif-an telah merusak kesetiaan saya dalam menanti suami pulang kerja. Seringkali saya ketiduran tersebab menunggunggu pulang suami tercinta. Saya gak kuat melek nunggu jam setengah 2. Lalu saat dia pulang tahunya dia yang mencium kening saya. Maka kecewalah saya pada diri sendiri kenapa tak bisa mencium tangan suami ketika dia pulang kerja. Aahhh..
Kurang lebih semingguan bersama-sama, aktivitas saya hanya males-malesan di kosannya. Haha. Waktu liburnya pun kami tidak kemana-mana karena kami berbahagia meski tak kemana-mana, asalkan bersama-sama berdua. Surabaya belum bisa saya kunjungi lebih jauh, hanya beberapa tempat makan favorit yang kami kunjungi. Tanpa terasa tahu-tahu kehabisan waktu, dan segera harus charge energy untuk suami saya kerja lagi keesokan harinya. Begitu lah, hanya karena bersama-sama saja kami sudah berbahagia. Dengan menikah belum ada yang tampak berubah dari kami berdua. Hanya saja, setelah dijadikan istri saya kini mengerti keseluruhan rasa yang dia punya. Rasa yang dulu belum pernah tampak karena batas2 tertentu atas nama peradaban manusia. Kini dia tak pernah ragu-ragu menunjukkan rasa yang dia punya, kalau dulu sih masih banyak penolakan dari saya. Haha. Ya gitu deh, saya memang agak enggan menunjukkan sayang-sayangan sebelum akad diikrarkan. Sejauh ini saya bersyukur kami masih sepasang manusia yang saling membutuhkan walaupun jarak mengoyak.
No comments:
Post a Comment