Rhoma Irama benar, jangan begadang kalau tiada artinya. Apalagi
kalau hanya begadang memikirkan orang yang seharusnya sudah terlupakan. Selarut
ini aku masih belum bisa tidur juga. Sialnya tanpa disertai niat ingin
begadang. Padahal udah beberapa jam yang lalu aku nyalain lampu tidur. Udah
beberapa jam yang lalu juga aku gelundang-gelundung ga jelas di kasur. Berdo’a
penuh harap. Berharap mata bisa terpejam demi jatuh pada tidur terbaik. Tapi percobaanku
belum juga berhasil. Dan sialnya aku ga bisa tidur hanya karena memikirkan seseorang
yang sangat ingin tidak ku kenang lagi dalam hari-hariku. Apalagi pada saat momen-momen
seperti ini. Momen menjelang tidur. Damn!! I hate the moment like this. Aku
benci saat aku terjebak pada momen dimana aku lebih dikuasai kesadaran rasa dan
bukan lagi kesadaran logika. Secara logika, seharusnya rasa ini berhenti
mengalir untuknya. Cinta ini semestinya tak lagi bermuara kepadanya. Tapi rasa butuh
kerja ekstra keras untuk pelan-pelan mengusir itu. Ya Tuhan, kapan masa itu
akan datang? Aku ingin segera mencecapnya. Jujur, aku capek begini terus. Terlalu
capek merintih. Capek rasanya terus-terusan berperang melawan rasaku sendiri. Sebab
disetiap percobaan yang kulakukan, aku selalu saja kalah.
“Sulit
sekali menyangkal bahwa aku sayang kamu. Bahwa setiap malam menjelang tidur aku
selalu mengingatmu. Kadang-kadang menangis diam-diam dibalik bantal.”
No comments:
Post a Comment