Siapa yang bisa menjamin cintaku padamu tetap tak terukur?
Siapa yang bisa menjamin kasihku padamu tak berujung? Dan siapa yang bisa
meyakinkanmu bahwa rasaku padamu tak berbatas? Tidak ada. Tak seorang pun
sanggup menjaminmu, termasuk aku. Seberapa pun besarnya cintaku untukmu, pada
suatu waktu aku tahu itu berbatas. Seberapa pun hebatnya aku bertahan dalam
ranjau cintamu, pada suatu ketika ku sadari bisa terhenti. Dan seberapa pun
dalamnya percobaanku menyelami samudra hatimu, pada suatu titik aku bisa saja mati
tenggelam sia-sia tanpa sisa. Ya, berdasarkan analogi itulah ingin kuyakinkan
padamu agar kau tidak menyia-nyiakan keberadaanku selagi aku berkomitmen untuk
tetap mencintaimu, mengukur ketahananku
untuk bersamamu. Aku memang sang pemilik rasa, namun aku bukanlah sang
pemilik kuasa. Aku bisa saja letih tiba-tiba, aku bisa saja terseok tanpa
tanda, dan aku juga bisa saja terhenti tanpa arah. Maka dari itu, sebelum aku terjebak
dalam fase itu, kau harus menyadari dan mempergunakan waktumu untuk terus
memupuk keberadaanku selagi segala yang
kupunya kuberikan untukmu. Berfokus padamu. Bergerak ke arahmu. Beralasan dan
bertujuan untukmu. Kita harus mensyukuri keberadaan kita masing-masing, satu
sama lain. Kau mensyukuri keberadaanku di kehidupanmu, dan aku pun akan
melakukan hal yang sama, sekecil apa pun itu. Sebab hanya dengan begitu kita
bisa saling menghargai keberadaan “orang asing” antara aku dan kamu untuk terus
berproses menjadi kita.
No comments:
Post a Comment