Friday, April 26, 2013

Maut


Hari ini, seharian penuh ini, Indonesia dikejutkan dengan kabar berpulangnya Ustadz Jefry Al-Bukhari , atau yang kerapkali akrab di sebut sebagai ustadz Uje. Beliau adalah seorang ustadz muda yang cukup berpengaruh di dunia dakwah Indonesia. Hampir semua stasiun tv nasional menyajikan berita tentang berpulangnya ustadz muda gaul ini, sepanjang hari dari segala sisi. Mulai dari kronologi peristiwa kecelakaan yang menimpa almarhum, rekam jejak riwayat beliau yang tak luput dari dunia hitam-putih, sampai juga pada sisi keluarga yang ditinggalkan. Tak lupa pula percobaan membaca “firasat” yang terjadi pada orang-orang di sekitar beliau. Ya, begitulah kematian. Segala hal selalu mencetak tanda-tanda, termasuk kematian. Tapi manusia tak pernah mampu membaca detil dan mengartikan dengan tepat setiap tanda-tanda atau firasat yang terjadi. Wallahu’alam. Itu menjadi rahasia terbesar Tuhan yang selamanya tak pernah di ketahui, apalagi dipahami manusia. Maka selamanya itu akan menjadi tanda atau firasat. Tersembunyi dalam tabir-Nya. Well, selamat jalan ustadz jefry Al-Bukhari. Semoga mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Amin ya Robbal ‘alamin.


Dari sajian pertelevisian Indonesia tentang kabar duka hari ini membawa ingatanku bergulung mundur. Ya, masih berhubungan dengan kematian. Di pertengahan tahun 2006, keluargaku mau tidak mau menerima kabar duka dengan berpulangnya pakde dari bapakku ke hadapan sang Khalik. Beliau meninggal karena sakit. Kesedihan dan airmata jelas tampak pada wajah keluarga besarku. Dan diantara wajah sayu keluarga besarku kala itu, entah kenapa aku lebih tertarik menilik wajah sayu nenekku, ibu dari pakdeku yang meninggal. Dengan imaji liarku aku membayangkan bagaimana perasaan nenekku yang sebenarnya kala itu? Dengan mata abu-abunya dia memandang sayu pada raga anak lelaki sulungnya yang tak lagi bernyawa. Raga itu telah membeku. Tak lagi bisa bergerak ataupun memberi respon pada orang-orang di sekelilingnya. Tak lagi bisa merengek ataupun bermanja-manja padanya. Sesekali airmata satu-satu tampak jatuh dari mata tuanya.


Entahlah. Entah aku yang berlebihan dalam menafsir tanda-tanda itu, ataukah memang demikian keadaan sebenarnya yang terjadi dalam benaknya. Aku menduga pastilah beliau sangat terpukul di tinggal pergi anaknya. Bagaimana hebatnya perasaan yang menggerus batinnya ketika melihat anak yang dulu pernah dikandungnya tak disangka lebih dulu meninggalkannya. Betapa mungkin beliau menyimpan pengharapan besar untuk kehidupan anaknya, bahwa kelak di hari dia tak lagi bernyawa, beliau berharap anak-anaknya lah yang akan menghormati dan mengurus jenazahnya kelak. Bukan sebaliknya. Betapa memorinya mengundangnya mundur berpuluh-puluh tahun lalu, memaksanya mengingat kembali bagaimana anak itu menendang nakal perutnya selama ia ada dikandungannya, bagaimana tubuh mungil pertama berjenis kelamin lelaki lahir dari rahimnya, bagaimana anak itu menangis untuk pertama kali, bagaimana anak itu pertama kali menyusu padanya, menangis dan menggangu jam tidurnya, jatuh bangun ketika belajar berjalan dan berlari, tumbuh besar , sekolah dan kemudian menikah, memberinya cucu-cucu yang sehat, lucu dan pintar. Dan lengkaplah hidupnya, bahagia di tengah keriuhan anak-anaknya. (Yah, jadi mewek deh gw) Tapi ya begitulah, betapa usia tak bisa di tebak. Usia tak mampu menjanjikan apapun. Buatku, inilah barangkali kesedihan terbesar seorang ibu dimana ketika ia tua, tubuh renta dan mata tua abu-abunya dipaksa melihat tubuh anak yang amat disayanginya tak lagi bernyawa. Pergi jauh untuk selamanya tanpa pamit izin kepadanya, padahal dulu ketika anak lelakinya pergi bahkan hanya ke tempat tetangga sebelah tak lupa selalu izin kepadanya.


Ya, betapa hidup begitu penuh misteri. Betapa hidup hanyalah persinggahan sementara untuk menuju ke alam yang jauh lebih abadi. Barangkali perjalanan hidup adalah untuk bertemu maut. Sebab, tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. So, sudah seberapa jauh kita mempersiapkan bekal untuk bertemu pada-Nya? Kembali ke asal-muasal kita sebagai makhluk ciptaan-Nya?

PS: Ini tulisan random. Gak ada maksud apa-apa didalamnya. Tidak juga menjadi satu kesatuan yang utuh antara introduction, body, and conclusion-nya. Benar-benar random. :p


No comments:

Post a Comment