Tulisan ini merupakan efek dari posting-an sebelumnya.
Pertama kali ketemu Dee itu rasanya excited banget.
Yogyakarta, 12 January 2012 tepatnya. Bisa ikutan talkshownya, wow… it’s like
dream comes true. Serasa gak percaya aku bisa bertatap wajah dengannya,
mendengar nyata suaranya –kemaren-kemaren cuma bisa dengerin suaranya lewat
mp3-, mengenali sebagian ideologinya, dan ini yang paling penting, bisa foto
bareng dengannya plus dapat tanda tangan asli sang penulis di semua koleksi
Dee-ku, kecuali Perahu Kertas. Yihaaaa…*loncat-loncat kegirangan* (yah, harus
di akui ini memang agak lebay, yang mau muntah silahkeun. Tapi tetap, aku percaya
ada sebagian dari anda-anda yang ngiri. :p). (Post: Novel Perahu Kertas tidak
dibubuhi tandatangan “ibunya” karena sedang travelling jauh sekali dan tersesat
menemukan jalan pulang kepadaku, induk semangnya. Hiks, jadi sedih. Kapan kau
pulang, nak?*still waiting)
Bahasanya sederhana dan sangat mengena, tapi ajaibnya tetap ada unsur susastranya. Luar biasa indah. Juga penuh makna, tentu saja. Belum lagi tema yang diangkat juga variatif. Memang sih kebanyakan tentang kisah percintaan, hal yang sangat esensial dalam kehidupan manusia, tapi ia begitu cerdas dalam menuturkan ceritanya. Bisa dikatakan ia mengangkat tema cinta dari sudut lain yang berbeda dari kisah cinta kebanyakan. Cinta yang tidak memaksakan. Cinta yang melepaskan. Cinta yang membebaskan. Cinta yang harus bertemu dan berpisah dengan caranya sendiri, tanpa tekanan kanan-kiri. Tanpa paksaan dari depan-belakang. Cinta itu hanya di pandu oleh hati. Hingga pada akhirnya cinta itu sendiri lah yang membimbing hati menemukan cinta sejati. Bagiku, itu juga merupakan bagian dari kecantikan hati. Oh look, how BEAUTIFUL Dee is! Selain mengangkat tema cinta, Dee juga menyisipkan unsur ilmu pengetahuan dalam karyanya, serial Supernova yang menakjubkan! (Dan betapa serial ini begitu kunanti)
Ucrit dan mas Gundu |
Aaaaaah… lihatlah, betapa bagiku Jogja benar-benar Istimewa.
Di kota kecil dan sederhana ini lah, aku merasakan begitu banyak kebaikan Tuhan
yang mengiringiku. Menuntunku pada hal-hal ajaib yang dulu rasanya terlalu mustahil
untuk di raih. Tapi yeah… as you see, here I am, I’ m in wonderful Yogyakarta
and its miracles. Thanks God.
Udah ah, capek nulis mulu. Ngantuk mulai menyerang juga nih.
Cuaca Jogja di luaran panas menyengat, males melalak diluaran. Gak ada yang
bisa diajakin juga, soalnya gak ada pacar di Jogja. Hahahaha, curhatmodeon. Jadi
begitulah… lebih enak ngadem di kos, nyalain kipas, kunci pintu kamar, nyalain
radio, letakin kepala di atas bantal, dan… yuk mari kita tidur. Penulis cantik
mau bobo cantik dulu ya pemirsa. (No protest, because beautiful is relative.
Hohoho)
Have a nice nap, guys…
^_^
No comments:
Post a Comment