Saturday, May 25, 2013

Mimpi Terlalu Tinggi - I (Still) Wanna be a Writer


H-1 menjelang event temu penulis Dee, aku masih saja hidup dengan mimpi yang terlalu tinggi. Dan sayangnya mimpi itu terlalu sulit untuk kubendung, ia menggaung keras dan terus menerus menggedor ruang-ruang kalbu. 

Aku ingat, satu waktu, aku bersama teman satu jurusan di kampusku join di acara talkshow bareng Dee. Di acara itu kami berdua have fun bareng. Menikmati setiap detik waktu yang melaju selama beberapa jam saja untuk menikmati atmosfir bersama Dee dan pecinta Dee lainnya. Talkshow yang mengupas tentang dunia baca-tulis itu berjalan sangat seru. Petuah-petuah tentang proses kreatif menulis menjadi cambuk yang mampu menyemangati 2 orang calon sarjana sastra kala itu. Dan ga sengaja kita reflex berjanji ala-ala Dimas dan Ruben dalam novel serial Supernova-nya Dee “10 tahun dari sekarang, kita harus punya karya ya. Kita harus sudah menjadi penulis. Kita harus sudah punya buku”. Dan demi Tuhan, ngomong gitu doang aja rasanya gemetaran. Kesambet apa ya sampe bisa ngomong gitu waktu itu? @.@ (Semoga ada malaikat yang mengaminkan celoteh kami waktu itu. Amin.)

Itu rasanya janji tergila yang pernah aku lakukan. Hebatnya lagi, temanku mengiyakan. Jadilah semangat menulis  semakin menyala-nyala. Eh, selang beberapa menit kami mengikrarkan janji itu, mbak Dee nya ngomong “Hakikat menulis itu adalah untuk menulis. Jangan pernah berfikiran untuk menulis hal yang masterpiece, best-seller, or whatever the name is! Menulislah dengan hati. Dan bla bla bla…” Hahaha. Langsunglah kami berdua ngakak  mendengar petuah mbak Dee itu. Belum lagi apa-apa, ikrar kami itu sudah dibantah oleh penulis yang sama-sama kami kagumi. *Nyaris kami berburu novel terbitan terbaru Dee di hari pertama karyanya diluncurkan.* Kebodohan, atau kesombongan kami kali ya tepatnya, dibantahkan sepersekian detik paska kami ikrarkan. Hahahaha. Calon penulis yang bodoh, dan sombong lagi!*Mohon jangan ditiru.*Dan semoga tidak dikutuk Tuhan.

Kini, lepas beberapa tahun setelah pertemuan itu; setelah ikrar janji gila itu lebih tepatnya; rasanya ada yang selalu mengusikku. Selalu menagih janji yang dulu sempat aku ikrarkan. Aku pun kini me-review rekam jejak semangat yang kupunya, juga aksi-aksi yang kira-kira menunjang mimpi gilaku dulu. *walaupun sampai sekarang masih juga sih* Rasanya aku bermimpi terlalu tinggi, pun terlalu pagi. Huft.

Disanalah letak kesalahanku, aku terlalu tinggi bermimpi. Dan apa yang kulakukan pada mimpi-mimpiku itu? Aku terus menerbangkannya tinggi, tinggi, lebih tinggi, dan semakin tinggi lagi, tapi sejauh ini belum ada satu aksi nyata yang kuperbuat terhadap mimpi-mimpiku itu. Yup, it's like a kind  of  big bullshit, huh??!! Aku sama sekali belum mencoba merealisasikannya! Aku belum menginvestasikan waktuku untuk menulis! Belum juga mengasah ide. Belum satu kalimatpun aku ketik sebagai “pancingan” ide demi mengembangkan kerangka-kerangka tulisan.  Aku belum melakukan semua itu. Huuuuuuaaaaa, lalu haruskah aku melupakan mimpi yang sudah terlanjur terbang meninggi???

Sementara salah satu teman terbaikku sudah punya karya tulisan. Tanpa koar-koar dia diam-diam melatih proses kreatifnya, dan jadi! Cerpennya bahkan sudah dipublikasikan di beberapa majalah. Cap penulis sudah melekat dijidatnya. Temanku yang lain, yang hobi menulis juga, malah mencoba membuat hasil karya tulisan. Draft mentahnya pun sudah ada ditanganku, sudah kubaca juga, karena ia memang sengaja mengirimkan tulisannya padaku. Padahal nih anak secara geografis jauhnya minta ampun dariku. Sementara aku??? Masih sibuk ingin jadi penulis tapi belum juga belajar menulis yang benar-benar dijadikan karya. Aaaaaaaah, payah banget sih aku ini?? Hey alien, suntikkan aku semangat dan ide dong???*Begging to smart and brilliant aliens. I (still) wanna be a writer.*Merapal mantra.



2 comments: