Friday, May 17, 2013

My Precious Investment



Menilik judul di atas, mungkin ada beberapa diantara pembaca blog ini yang  berpraduga liar. Tapi aku sarankan jangan dulu terjebak dan berasumsi liar dengan judul yang sengaja kupilihkan di atas. Investment; satu kata yang mungkin terkesan bernilai wah. Terlalu bernilai bahkan. Sebab investment yang kumaksud disini  bukan berbentuk investment kebanyakan pada umumnya, semisal uang yang bejibun, harta yang bahkan susah dihitung jumlah dan nilainya, tumpukan emas seperti milik paman Gober dalam serial Disney, atau property yang berbaris dan berblok-blok. Bukan. Bukan itu. Walupun sebenarnya aku ingin memiliki itu semua. Hahaha. But here, something that I called My Precious Investment is book. Yup, investasi yang kupunya adalah berbentuk buku.

How many books I have? Hahaha, I don’t have the exact amount. Sebenarnya pun tidak terlalu banyak juga sih, atau belum lebih tepatnya; sebab aku masih terus berkeinginan menambah dan terus menambah jumlah koleksi investasi buku yang kupunya. Barangkali pun belum cukup layak dikategorikan sebagai investment. But, whatever lah, pada akhirnya suka-suka saya kan mau menamainya apa? Hehe. Pun buku yang kupunya masih dalam tumpukan yang bisa dihitung jumlahnya, tapi tumpukan itu cukup memenuhi isi ruang kamarku. Cukup memberikan kesan bahwa ruang tidurku penuh dengan tumpukan buku-buku yang selalu berantakan tata letaknya. Hahahha. But you know what?? I really do love it! And if you do make a comment about my room, I do please you to get out from my room.

Entah kenapa, aku selalu suka melihat tumpukan buku-buku. Apalagi buku-buku tua yang covernya saja tak jelas lagi apa warnanya; kertasnya yang bulukan, dekil, dan kadang-kadang berbau apek. Semua itu mampu membuatku melototkan mata lebih intens, memaksa tanganku untuk membuka lembaran-lembaran isi buku tersebut, dan ini yang paling penting, rasanya ingin sekali membawa dan mengangkut mereka semuanya pulang ke kediamanku tanpa membayar a.k.a gratis. Hahaha. Tapi you know lah, tidak ada yang gratis di dunia ini. Bagaimana dengan nasib si penulis kalau hasil karyanya tidak berbayar?  Kalau keadaannya begitu, sudah bisa dipastikan tidak akan ada yang berkeinginan apalagi sampai menggantungkan cita-cita sebagai penulis, tentu saja termasuk aku. Tapi tentu saja, ini bukan menjadi alasan untuk menulis, walaupun barangkali bisa sedikit melipir ke tujuan menulis itu sendiri. 

Ah, kota ini. Kota kecil dan sederhana yang bernama Jogja ini, lagi-lagi membuat hatiku tertambat. Bukan hanya pada musisi lokal dan budayanya, tapi juga pada segalanya. Di kota ini, kecintaanku pada buku semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak? Kota ini kerapkali menggelar book fair atau book bazaar secara rutin. Dari yang aku tahu saja, ada sekurang-kurangnya 3-4 kali dalam setahun event organizer tertentu di Jogja rutin menggelar acara ini. Dan betapa ini sungguh sangat kunanti-nanti. Dari ajang ini lah aku bisa semakin menumpuk koleksi buku-bukuku , something that I called My Precious Investment.

How precious this investment/book for me? Ya, barangkali investasi bukuku ini tidak seperti investasi pada umumnya yang terlalu banyak makan modal. (eh, tapi investasi apa sih yang ga butuh modal? Siapa bilang untuk beli buku ga pake duit a.k.a modal? Jadi, kalau ada diantara kalian yang meminjam bukuku, HARAP DIKEMBALIKAN!! Aku ga ikhlas kalo bukuku harus dijadikan hak milik oleh si peminjam! A BIG NO NO!!!). Alasan lain, investasi bisa semakin menambah prestige si empunya, dan ajang penumpukan harta tentu saja. Tapi investasi buku yang kupunya ini nyaris tidak berfungsi seperti di atas.Hahaha. Lalu untuk apa aku merintis investiasi ini? The answer is: Just for have fun. Remember, Love what you do, and do what you love! Sometimes, we do not need any reasons to love. 

Aku barangkali tidak bisa mengumpulkan dan menumpuk harta dari investasi ini, dan ini mungkin yang terpenting, investasi ini tidak membuatku kaya raya secara harta dan financial, tapi aku mengharapkan bentuk “kekayaan” lain dari hobiku ini. Someday, kelak ketika aku sudah menikah dan beranak-cucu, aku ingin menanamkan budaya baca-tulis pada garis keturunanku. Pun termasuk pada keponakan-keponakanku. Intinya, pada seluruh anggota keluargaku. Aku ingin mendoktrin mereka dengan buku-buku yang kupunya. Aku ingin “mengayakan” mereka dengan caraku. Aku ingin mereka mengenal zaman dan sejarah, openminded terhadap apapun, dan tidak menyempitkan pola pikir, apalagi sampai membuatnya berkarat. Mereka akan “kaya” secara knowledges, ideas, mindsets, and mentality. Pendeknya, aku ingin membangun peradaban yang baik pada dunia mungil mereka. Dan semua itu akan kubangun melalui buku. Something that I called My Precious Investment. ^_^

No comments:

Post a Comment