Menilik judul di atas, mungkin ada beberapa diantara pembaca
blog ini yang berpraduga liar. Tapi aku
sarankan jangan dulu terjebak dan berasumsi liar dengan judul yang sengaja
kupilihkan di atas. Investment; satu kata yang mungkin terkesan bernilai wah.
Terlalu bernilai bahkan. Sebab investment yang kumaksud disini bukan berbentuk investment kebanyakan pada
umumnya, semisal uang yang bejibun, harta yang bahkan susah dihitung jumlah dan
nilainya, tumpukan emas seperti milik paman Gober dalam serial Disney, atau
property yang berbaris dan berblok-blok. Bukan. Bukan itu. Walupun sebenarnya
aku ingin memiliki itu semua. Hahaha. But here, something that I called My
Precious Investment is book. Yup, investasi yang kupunya adalah berbentuk buku.
How many books I have? Hahaha, I don’t have the exact
amount. Sebenarnya pun tidak terlalu banyak juga sih, atau belum lebih
tepatnya; sebab aku masih terus berkeinginan menambah dan terus menambah jumlah
koleksi investasi buku yang kupunya. Barangkali pun belum cukup layak
dikategorikan sebagai investment. But, whatever lah, pada akhirnya suka-suka
saya kan mau menamainya apa? Hehe. Pun buku yang kupunya masih dalam tumpukan
yang bisa dihitung jumlahnya, tapi tumpukan itu cukup memenuhi isi ruang
kamarku. Cukup memberikan kesan bahwa ruang tidurku penuh dengan tumpukan
buku-buku yang selalu berantakan tata letaknya. Hahahha. But you know what?? I
really do love it! And if you do make a comment about my room, I do please you
to get out from my room.
Entah kenapa, aku selalu suka melihat tumpukan buku-buku.
Apalagi buku-buku tua yang covernya saja tak jelas lagi apa warnanya; kertasnya
yang bulukan, dekil, dan kadang-kadang berbau apek. Semua itu mampu membuatku
melototkan mata lebih intens, memaksa tanganku untuk membuka lembaran-lembaran
isi buku tersebut, dan ini yang paling penting, rasanya ingin sekali membawa
dan mengangkut mereka semuanya pulang ke kediamanku tanpa membayar a.k.a
gratis. Hahaha. Tapi you know lah, tidak ada yang gratis di dunia ini.
Bagaimana dengan nasib si penulis kalau hasil karyanya tidak berbayar? Kalau keadaannya begitu, sudah bisa dipastikan
tidak akan ada yang berkeinginan apalagi sampai menggantungkan cita-cita
sebagai penulis, tentu saja termasuk aku. Tapi tentu saja, ini bukan menjadi
alasan untuk menulis, walaupun barangkali bisa sedikit melipir ke tujuan
menulis itu sendiri.
Ah, kota ini. Kota kecil dan sederhana yang bernama Jogja
ini, lagi-lagi membuat hatiku tertambat. Bukan hanya pada musisi lokal dan budayanya,
tapi juga pada segalanya. Di kota ini, kecintaanku pada buku semakin
menjadi-jadi. Bagaimana tidak? Kota ini kerapkali menggelar book fair atau book
bazaar secara rutin. Dari yang aku tahu saja, ada sekurang-kurangnya 3-4 kali
dalam setahun event organizer tertentu di Jogja rutin menggelar acara ini. Dan
betapa ini sungguh sangat kunanti-nanti. Dari ajang ini lah aku bisa semakin menumpuk
koleksi buku-bukuku , something that I called My Precious Investment.
How precious this investment/book for me? Ya, barangkali
investasi bukuku ini tidak seperti investasi pada umumnya yang terlalu banyak
makan modal. (eh, tapi investasi apa sih yang ga butuh modal? Siapa bilang
untuk beli buku ga pake duit a.k.a modal? Jadi, kalau ada diantara kalian yang
meminjam bukuku, HARAP DIKEMBALIKAN!! Aku ga ikhlas kalo bukuku harus dijadikan
hak milik oleh si peminjam! A BIG NO NO!!!). Alasan lain, investasi bisa
semakin menambah prestige si empunya, dan ajang penumpukan harta tentu saja.
Tapi investasi buku yang kupunya ini nyaris tidak berfungsi seperti di atas.Hahaha.
Lalu untuk apa aku merintis investiasi ini? The answer is: Just for have fun. Remember,
Love what you do, and do what you love! Sometimes, we do not need any reasons to
love.
Aku barangkali tidak bisa mengumpulkan dan menumpuk harta
dari investasi ini, dan ini mungkin yang terpenting, investasi ini tidak
membuatku kaya raya secara harta dan financial, tapi aku mengharapkan bentuk “kekayaan”
lain dari hobiku ini. Someday, kelak ketika aku sudah menikah dan beranak-cucu,
aku ingin menanamkan budaya baca-tulis pada garis keturunanku. Pun termasuk pada
keponakan-keponakanku. Intinya, pada seluruh anggota keluargaku. Aku ingin
mendoktrin mereka dengan buku-buku yang kupunya. Aku ingin “mengayakan” mereka dengan
caraku. Aku ingin mereka mengenal zaman dan sejarah, openminded terhadap
apapun, dan tidak menyempitkan pola pikir, apalagi sampai membuatnya berkarat. Mereka
akan “kaya” secara knowledges, ideas, mindsets, and mentality. Pendeknya, aku
ingin membangun peradaban yang baik pada dunia mungil mereka. Dan semua itu
akan kubangun melalui buku. Something that I called My Precious Investment. ^_^
No comments:
Post a Comment