Monday, April 29, 2013

My (Annoying) Amazing 25th Birthday Moment


Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!


12:02 am telponku berdering.  It’s so annoying me. Annoying my very nice sleeping. Oh damn, siapa sih yang menelponku tengah malam begini? Ga punya jam dinding apa ya dia sampe-sampe nelpon orang persis dini hari? Huft.*mengutuk dalam hati* Perasaan April Mop sudah lewat, terlalu jauh bahkan, tapi kenapa ya aku serasa dapat kejutan April mop yang sangat menggangu ini?! Eh, ini bulan apa sih? Bukan annoying November, kan ya?


Karena suara yang mengganggu, mau gak mau itu membuat sebagian simpul sarafku terjaga. Dan tanganku pun menjangkau hape yang terus berbunyi itu. “Ya halo…” jawabku (dengan suara khas  bangun tidur tentu saja). “Selamat ulang tahun ya sayaaaaaaaaang. Blablablabla…”, eh aku lupa dia ngucapin selamat ulang tahun apa happy birthday yak? *garuk-garuk kepala* Seketika ada tanya dalam benakku: “emang ini tanggal berapa sih?? Oh, this is my birthday, toh?” Kirain April mop yang emang sengaja dirayain terlampau telat. Almost in the end of April. But, Horreee horreeeee… saya layak berbahagia, hari ini saya genap berusia seperempat abad. *hihihi, lumayan juga yah ini umur?* Alhamdu...lillah. :)


 Itu berarti sudah 25 tahun saya menjalani hidup di bumi Tuhan. Tapi hidup saya belum banyak berubah. Saya rasanya belum berbuat banyak dalam hidup ini. Jadi, di angka usia yang baru ini keinginannya saya standard dan sederhana saja, seperti orang lain pada umumnya, yakni ingin menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Saya berniat mau meningkatkan kualitas hidup saya, baik untuk diri saya sendiri, untuk keluarga saya, untuk orang-orang di sekeliling saya, dan ini yang terpenting, meningkatkan kualitas diri di hadapan-Nya sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan-Nya yang lain.


Ngomong-ngomong kalo berhubungan dengan angka baru kerapkali di kaitkan dengan resolusi-resolusi yang harus baru juga. Tapi jujur saja, saya bukan orang yang menganut system perayaan hari lahir, jadi secara otomatis resolusi itu pun gugur dengan sendirinya. Tapi kalo misalnya bisa dikategorikan sebagai resolusi, pengharapan saya ya seperti yang telah saya sampaikan di atas. I just wanna be a much more better person. Daaaaaaaaaaaaaaaan ehm… Dear God, saya ingin menikah. Tolong dikabulkan dengan segera ya. Amin *Berdo’a dengan khusyuk*. Tolong di bantu yak. Prok prok prok :)


Kembali ke arena. Dan ternyata gangguan tak putus sampai disitu guys, setelah kekasihku ga tega mengganggu tidurku, sebentar saja dia memutuskan line on the phone-nya. Thanks God, aku bisa tidur lagi akhirnya, begitu pengharapanku tadinya. Tappppppiiiii…. klick! Setelah beberapa detik sambungan telpon terputus, tidurku masih harus tertunda . Sebab seorang sahabat lama melakukan hal yang sama. Dia menelponku. Hape-ku kembali berdering. Ya baiklah…. agaknya  malam ini jam tidurku dapet diskon. Kira-kira berapa persen ya?  Cukup gede juga. 30% ada kayaknya. Huft *kembali mengutuk*. Setelah beberapa menit terjadi pemaksaan koneksi line on the phone, akhirnya aku buka suara “aku boleh tidur kan ya?”. Hahahaha, aku udah gila kayaknya! Ada gak sih diantara kalian yang melakukan hal ini persis saat sahabat kalian bela-belain melek tengah malam hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan sebait do’a indah kepada kalian tepat di tanggal kelahiran kalian? Aku berharap sih tidak ada. Hanya aku. Titik. Tapi syukurnya sahabatku yang satu ini udah tahan banting, udah hapal dengan tabiatku. Hihihi. *Dia tetap yang TERMUACH di hati, dah*. Eh, ada juga nih ucapan selamat dari mantan kekasih. Well, trimakasih untuk annoying late April mop-nya yah. Trimaksih juga untuk do’a-do’a terindah yang mengalir untukku hari ini. Kalian semua hebat!! Sayang kalian semua. Di tunggu gangguan-gangguan lainnya yang jauh lebih dahsyat ya. :)






Sunday, April 28, 2013

Amazing Moment


11:32 pm aku baru tiba di kamarku yang super duper berantakan ini, but I do love it!


Malam ini aku resmi menggila!! Benar-benar edan!!


Aku baru saja pulang sehabis nonton musical show by my favorite musician, Jikustik, di Taman Budaya Yogyakarta. Setelah sekian lama tidak menikmati alunan musik fantastis mereka, malam ini akhirnya aku terpuaskan. Rindu ini terbalas dengan sempurna. Lagu-lagu yang mereka bawakan sukses membuatku bersuka ria, riang gembira. Senangnya hatiku bersenandung selaluuuuuu. *halah lebay* Dan mereka juga sukses membuatku merindu kekasih jarak jauhku (OH NO! Tolong jangan berpraduga bahwa aku memiliki kekasih jarak dekat. TIDAAAAAAAAAKKK!!). Bagaimana tidak, pasalnya tadi mereka ngebawain lagu Pandangi Langit Malam Ini, yang kerapkali orang-orang pada khilaf dan keliru menyebut judul lagunya “Putri”. Lagu ini memang mengisahkan tentang hubungan jarak jauh antara lelaki dan perempuan (tentu saja) yang seringkali terjebak perasaan rindu karena ketidakmampuan mereka menepis dimensi ruang, jarak, dan waktu yang membentang di antara mereka. Jadi yah gitu deh, kebawa arus merindu deh daku. Hiks. (Hey kamu, kangen kamu nih.)


Well, mari kita tinggalkan perkara rindu-merindu dengan kekasihku, karena kalo dilanjutkan yang ada bisa jadi novel deh ini cerita soalnya bisa akan jadi panjaaaaaaaaaaaaang sekali pembahasannya. Hehe *padahal ga gitu juga kali ye? Emang lukate bikin novel itu gampang???*  Jadi kita sepakat ya ga usah membahas rinduku yang kian hari kian berkarat saja untuknya.*WOW!! Kalo sampe kadarnya 24 karat, lumayan juga kali ya bisa di jual? Bisa jadi kaya raya nih cuma gara-gara rindu. Hihihi. Plak!! But I know, it’s impossible. Trimakasih buat gamparan manisnya yg membuatku tersadar.*


Jadi intinya, penampilan Jikustik kali ini…. istimewa. Hakhakhakhak *Ala chibi-chibi* Malam ini performa Jikustik benar-benar menakjubkan. Mampu menjadi penebus rinduku pada aksi panggung langsung mereka. Dan aku pun menggila. Resmi menggila. Sepanjang penampilan mereka aku turut juga bernyanyi dari kursi dudukku, menyalakan kamera dan merekam aksi panggung mereka, menikmati sajian yang mereka suguhkan dari hati. Aku sangat terhibur dengan penampilan mereka. Aku senaaaaaaaaaaang sodara-sodara. Ini nih yang bikin aku gila. Di penutup acara, Jikustik memilih lagu Selamat Malam sebagai lagu persembahan terakhir. Kenal kan dengan lagu itu? Beat-nya yang kenceng siap mengajak sesiapa yang mendengarnya untuk bergoyang. Dan itulah yang dilakukan Jikustik. Mereka mengundang para tamu untuk berdiri, maju ke depan panggung (yang notabenenya hal ini jarang terjadi di TBY. Tahu sendiri kan kalo acara di TBY terkesan private dan semiformal, ga boleh berisik, hape aja kudu silent, ngambil gambar/foto ga boleh pake blitz, dan seabrek peraturan baku lainny, huft), dan berjingrakan ria bersama. Disinilah aku mulai kesetanan, bersama teman-teman Jikustikan yang lain kami pun akhirnya ikut berjingkrakan. Menggila menikmati konser indah ini. Sebab seperti liriknya: makin larut makin indah. Dan resmilah saya menggila sodara-sodara. Yihaaaaaaaaaaa!!


Daaaaaaaaaaaaan… Tuhan ternyata sayang banget nih sama aku. Kebahagiaanku tak berhenti sampai disitu, sebab Dia menakdirkan mas Gundhi sebagai host dari acara ini. Yup, yang menjadi nakhoda acara menakjubkan ini adalah mas Gundhi. Masih ingat kan dengan nama ini? *Kalo lupa, silakan ubek-ubek postingan blogku yang sebelumnya.* Dan ternyata baru kusadari ternyata aku mengagumi orang ini. Oh damn, I’m crazy tonight! Tadi selesai acara, aku langsung lari ke backstage bersama teman-teman Jikustikan lainnya. Biasanya sih di backstage diisi dengan temukangen dan foto bersama bagi yang mau berfoto. Apalagi ada personil baru sebagai pengganti mas Icha *jadi sedih deh, pasalnya aku lumayan ngefans sama mas icha*. Tapppiiiiiiiiii… tenyata aku benar-benar “gila” malam ini sodara-sodara, karena orang pertama yang kucari di backstage adalah ya mas Gundhi itu. Bukannya pengen foto bareng Jikustik dengan tampilan personil terbaru, eh malah sibuk nyariin batang hidungnya mas Gundhi. Setelah agak lama nyariin dia, akhirnya dapet deh. Aku bisa ketemu (lagi) juga dengannya. And cheeeeeeeeers,  I got a picture with him. Dan juga sempet-sempetnya bilang “mas, kayaknya aku beneran ngefans deh sama kamu.” Hohoho. Btw, pada tau kan alasannya kenapa aku ngefans dia? Pssssstt, tidak lain dan tidak bukan adalah …. silahkan cari di google. Hihhihi.



Btw, udah 1:30 am nih. Mata udah mulai kriyip-kriyip, tangan juga udah pegel nulis, apalagi ide juga beterbangan, udah semakin ga fokus kemana arah dan tujuannya *halah, boso ne rek*. Jadi yuk mariiii kita akhiri kegilaan saya yang tidak bermutu ini. Dan… pabila esok datang kembali sperti sedia kala dimana kau bisa bercanda, dan… *ups, malah latah nyanyi, maaf ye*. Jadi segitu dulu aja deh cerita hari ini. Yuk mari ah tidur. And see yaaa next moment and time…


Goodnight everybody.

^_^

Friday, April 26, 2013

Maut


Hari ini, seharian penuh ini, Indonesia dikejutkan dengan kabar berpulangnya Ustadz Jefry Al-Bukhari , atau yang kerapkali akrab di sebut sebagai ustadz Uje. Beliau adalah seorang ustadz muda yang cukup berpengaruh di dunia dakwah Indonesia. Hampir semua stasiun tv nasional menyajikan berita tentang berpulangnya ustadz muda gaul ini, sepanjang hari dari segala sisi. Mulai dari kronologi peristiwa kecelakaan yang menimpa almarhum, rekam jejak riwayat beliau yang tak luput dari dunia hitam-putih, sampai juga pada sisi keluarga yang ditinggalkan. Tak lupa pula percobaan membaca “firasat” yang terjadi pada orang-orang di sekitar beliau. Ya, begitulah kematian. Segala hal selalu mencetak tanda-tanda, termasuk kematian. Tapi manusia tak pernah mampu membaca detil dan mengartikan dengan tepat setiap tanda-tanda atau firasat yang terjadi. Wallahu’alam. Itu menjadi rahasia terbesar Tuhan yang selamanya tak pernah di ketahui, apalagi dipahami manusia. Maka selamanya itu akan menjadi tanda atau firasat. Tersembunyi dalam tabir-Nya. Well, selamat jalan ustadz jefry Al-Bukhari. Semoga mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Amin ya Robbal ‘alamin.


Dari sajian pertelevisian Indonesia tentang kabar duka hari ini membawa ingatanku bergulung mundur. Ya, masih berhubungan dengan kematian. Di pertengahan tahun 2006, keluargaku mau tidak mau menerima kabar duka dengan berpulangnya pakde dari bapakku ke hadapan sang Khalik. Beliau meninggal karena sakit. Kesedihan dan airmata jelas tampak pada wajah keluarga besarku. Dan diantara wajah sayu keluarga besarku kala itu, entah kenapa aku lebih tertarik menilik wajah sayu nenekku, ibu dari pakdeku yang meninggal. Dengan imaji liarku aku membayangkan bagaimana perasaan nenekku yang sebenarnya kala itu? Dengan mata abu-abunya dia memandang sayu pada raga anak lelaki sulungnya yang tak lagi bernyawa. Raga itu telah membeku. Tak lagi bisa bergerak ataupun memberi respon pada orang-orang di sekelilingnya. Tak lagi bisa merengek ataupun bermanja-manja padanya. Sesekali airmata satu-satu tampak jatuh dari mata tuanya.


Entahlah. Entah aku yang berlebihan dalam menafsir tanda-tanda itu, ataukah memang demikian keadaan sebenarnya yang terjadi dalam benaknya. Aku menduga pastilah beliau sangat terpukul di tinggal pergi anaknya. Bagaimana hebatnya perasaan yang menggerus batinnya ketika melihat anak yang dulu pernah dikandungnya tak disangka lebih dulu meninggalkannya. Betapa mungkin beliau menyimpan pengharapan besar untuk kehidupan anaknya, bahwa kelak di hari dia tak lagi bernyawa, beliau berharap anak-anaknya lah yang akan menghormati dan mengurus jenazahnya kelak. Bukan sebaliknya. Betapa memorinya mengundangnya mundur berpuluh-puluh tahun lalu, memaksanya mengingat kembali bagaimana anak itu menendang nakal perutnya selama ia ada dikandungannya, bagaimana tubuh mungil pertama berjenis kelamin lelaki lahir dari rahimnya, bagaimana anak itu menangis untuk pertama kali, bagaimana anak itu pertama kali menyusu padanya, menangis dan menggangu jam tidurnya, jatuh bangun ketika belajar berjalan dan berlari, tumbuh besar , sekolah dan kemudian menikah, memberinya cucu-cucu yang sehat, lucu dan pintar. Dan lengkaplah hidupnya, bahagia di tengah keriuhan anak-anaknya. (Yah, jadi mewek deh gw) Tapi ya begitulah, betapa usia tak bisa di tebak. Usia tak mampu menjanjikan apapun. Buatku, inilah barangkali kesedihan terbesar seorang ibu dimana ketika ia tua, tubuh renta dan mata tua abu-abunya dipaksa melihat tubuh anak yang amat disayanginya tak lagi bernyawa. Pergi jauh untuk selamanya tanpa pamit izin kepadanya, padahal dulu ketika anak lelakinya pergi bahkan hanya ke tempat tetangga sebelah tak lupa selalu izin kepadanya.


Ya, betapa hidup begitu penuh misteri. Betapa hidup hanyalah persinggahan sementara untuk menuju ke alam yang jauh lebih abadi. Barangkali perjalanan hidup adalah untuk bertemu maut. Sebab, tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. So, sudah seberapa jauh kita mempersiapkan bekal untuk bertemu pada-Nya? Kembali ke asal-muasal kita sebagai makhluk ciptaan-Nya?

PS: Ini tulisan random. Gak ada maksud apa-apa didalamnya. Tidak juga menjadi satu kesatuan yang utuh antara introduction, body, and conclusion-nya. Benar-benar random. :p


A Crazy Colouring Hair


What a shocking day! I found a collected photo of my youngest sister today in social media in which she got a new colour hair. Huh??? It was so shocking me by seeing her in a colouring hair. Mendadak aku jadi teringat sama kutipan dari sebuah buku yang isinya kira-kira begini: “kalau kamu mengecat rambutmu menjadi ungu, jangan harap ibumu tidak akan melihatnya.” Dan ternyata benarlah, meskipun warna catnya tidak ungu, tetap saja perubahan warna rambut sedikit banyak, sadar atau tidak, tetap saja akan terlihat.


Well, let me think! Apa yang salah dengan rambut berwarna? (rambut yang sengaja di ubah warnanya dari warna rambut asli si empunya, tentu saja). Oke, tidak ada! Sejujurnya kukatakan tidak ada yang salah dengan itu. Aku sih fine-fine aja ngeliat orang dengan rambut berwarna, ga ada rasa apa-apa, benci kagak suka juga kagak. Dan sebodo dengan mereka mau ngapain aja dengan segala yang mereka punya. Ogah repot-repot peduli dengan hal-hal yang terkesan pribadi. Hanya sajaaaaaaa, ini pengecualian, ada rasa yang berbeda kalo itu terjadi pada anggota keluargaku (keluarga kecil). Dan ngeliat adek bungsuku dengan tampilan rambut baru berwarna (entahlah itu warna apa), serasa kayak kebakaran jenggot. Oh no, aku kalah tenar dari adek bungsuku *Gubrak!! Pingsan!!*


Sebenarnya ini bukan kali pertama aku menemukan saudara perempuanku dengan tampilan rambut berwarna. Duluuuuu... beberapa tahun yang lalu sewaktu aku masih berseragam kotak-kotak merah hitam (seragam kebesaran khas sekolahku :p ), mbak tertuaku juga pernah melakukan hal yang sama. Dan ini nih yang bikin aku heran, kenapa sih adek bungsuku yang imut-imut itu ga meniru dan mengikuti mbaknya  yang satu ini (baca: aku)? Yang cantik dan baik-baik ini? Ckckckckck, adek bungsuku ternyata tersesat di gerus mbak tertuanya. Ternyata memang benar ya, yang tertua memang abadi menjadi panutan? Jadi, aku saranin buat kamu-kamu yang berperan sebagai anak tertua di keluarga kalian, tetap jaga tindak-tanduk, jaga sikap, jaga image, dan jaga kepribadian. Karena disadari atau tidak, adek-adek kalian akan meniru dan menjadikan tindakan kalian sebagai alasan pembenaran sikap maupun kesalahan mereka.


Oh my gosh, adek bungsuku tersayang, kembali lah ke jalan yang benar. Kamu udah cantik kok dengan rambut hitam lurus alamimu itu. Mendadak aku jadi rindu menyisir rambut hitam lurusmu, menguncirnya dengan pita mungil cantik berwarna-warni serupa pelangi, dan mengepangnya serupa kelabang. Adekku oh adekku. Hiks. 


Monday, April 15, 2013

Pongki Barata ft Sophie Navita - Inilah Cinta




(Memoar) Kewarasan November



Ini tulisan lama sebenarnya, tapi belum pernah di posting dimanapun. Selama ini ia tersimpan rapi dalam tumpukan folder di laptopku. Rahasia hati yang tak pernah terungkap. Tapi entah kenapa, setelah kemarin puas curhat habis-habisan dengan seorang sahabat, rasanya ada beban moril kenapa tulisan ini harus disembunyikan. Paling tidak tulisan ini kutujukan untuk dia. Tulisan ini pun terinspirasi setelah aku membaca catatan tulisannya. Seperti ada semacam suara yang menggaung di telingaku pada saat itu, hingga gaung itu lama-kelamaan menggema keras meciptakan suara, semacam suara peluit yang ditiupkan dengan brutal, sangat menggangu. Aku seakan “dibangunkan” oleh sebuah alarm panjang. Dan inilah catatan itu.

*****
November. Inilah barangkali waktu yang tepat untuk mengakhiri segala hal yang tak pernah bermula. Bulan ini, November, barangkali menjadi bulan yang sacral bagiku. Sebuah bulan dalam cetakan kalender yang beberapa tahun lalu pernah menjadi bulan penuh cinta bagiku. Ia suguhkan aku madu, juga racun sekaligus. Pada November, aku jatuh hati, sekaligus juga patah hati. Aku pun tidak tahu benar aku berpijak pada November yang mana, November penuh cinta ataukah November penuh luka? Ah, aku lupa… cinta memang sepaket dengan luka. Kenapa kala itu tak terpikirkan olehku? *What a gergous stupidity!* 

November berlalu. Jarum detik, menit, dan jam setia berputar  dalam sehari semalam membawanya menempuh pada November lagi. Ah, secepat itu kah? Aku tak percaya, segala bentuk kesakitan dan luka itu telah lama menjeratku, tapi tak juga aku keluar darisana dengan selamat. Jalan yang kulalui amat sangat panjang demi berhenti pada lain November, tapi aku masih bertahan dengan segala ketidakberdayaan. Bisakah aku dikatakan tegar melewati semua itu? Entahlah. Aku tak tahu pasti.

Namun kini, seiring dengan waktu yang terus berpacu dan berlalu, seiring dengan kepastian angin yang tak berhenti berhembus, aku mengerti satu hal. Kini aku paham TAK ADA GUNANYA SENI PEMAKSAAN! Segala hal berjalan pada track tertentu, pada jejak langkahnya sendiri-sendiri. Dan aku lupa, ada yang mengatur keajaiban itu. Dia lah Tuhan Yang MahaKuasa.

November ini, akhirnya aku menyadari. Aku menyerah dan mengaku kalah. Aku lelah, sebab dia tak pernah ada disana. Segala bentuk penantian dan harapku akhirnya lapuk oleh waktu, membawaku kembali pada kewarasan. Kini aku mampu mendengar peluit yang ditiup keras di telingaku, aku harus berhenti sekarang atau… tidak sama sekali!!!

“Dan betapa pun punggung ini ingin berbalik, aku tahu lebih baik untuk terus berjalan. Terus berjalan.”
*Mencari Herman on Filosofi Kopi - Dee*
 November 20th, 2012
01:18 am


*****
Tapi ya… itu hanya sekedar catatan. Komitmen cuma komitmen, tapi hati punya sistem gravitasi yang cara kerjanya tak kita mengerti. Dan aku kembali jatuh hati pada pria yang sama sejak bertahun-tahun lalu. Tak berubah pria, hanya rasa cinta yang up and down luar biasa. Jangan tanya bagaimana rasanya, capek luar biasa.Ampun deh rasanya.  Dunia seakan sudah jungkir balik saja. Tapi hidup terus berjalan. Hidup harus tetap dilanjutkan, seberat apa pun beban hidup yang kita tanggung. Dan aku pun mencoba berdamai dan menerima jalan hidupku. Hingga akhirnya sampailah aku pada titik ini. Sesuatu yang kusebut sebagai KEAJAIBAN  TUHAN. Aku berhasil meniti jalan yang licin dan menelikung itu dengan selamat, karena DIA. Terimakasih tak terhingga ya Robb…

Sunday, April 14, 2013

Meet and Greet with Dee



Tulisan ini merupakan efek dari posting-an sebelumnya.

Pertama kali ketemu Dee itu rasanya excited banget. Yogyakarta, 12 January 2012 tepatnya. Bisa ikutan talkshownya, wow… it’s like dream comes true. Serasa gak percaya aku bisa bertatap wajah dengannya, mendengar nyata suaranya –kemaren-kemaren cuma bisa dengerin suaranya lewat mp3-, mengenali sebagian ideologinya, dan ini yang paling penting, bisa foto bareng dengannya plus dapat tanda tangan asli sang penulis di semua koleksi Dee-ku, kecuali Perahu Kertas. Yihaaaa…*loncat-loncat kegirangan* (yah, harus di akui ini memang agak lebay, yang mau muntah silahkeun. Tapi tetap, aku percaya ada sebagian dari anda-anda yang ngiri. :p). (Post: Novel Perahu Kertas tidak dibubuhi tandatangan “ibunya” karena sedang travelling jauh sekali dan tersesat menemukan jalan pulang kepadaku, induk semangnya. Hiks, jadi sedih. Kapan kau pulang, nak?*still waiting)

Dee itu cantik (ya iyalah, secara dia cewek, masa ganteng?*Ngekngok). Dari ia juga aku belajar memahami konsep tentang cantik. Ya, terdengar klise memang bahwa cantik itu relative. Cantik itu tidak di ukur dari wujud fisik semata, melainkan lebih kepada kecantikan apa yang terpancar dari dalam (inner beauty). Dan blablablabla… Ini populer di sebut sebagai cantik dari hati. Tapi ya, mau se-klise apa pun, disana tetap mengandung unsur kebenaran. Bahkan kebenaran hakiki. Bukankah segala hal yang sifatnya hakiki itu (hanya) berasal dari (kedalaman) hati?


Bagiku tulisan-tulisan Dee itu menginspirasi.
Bahasanya sederhana dan sangat mengena, tapi ajaibnya tetap ada unsur susastranya. Luar biasa indah. Juga penuh makna, tentu saja. Belum lagi tema yang diangkat juga variatif. Memang sih kebanyakan tentang kisah percintaan, hal yang sangat esensial dalam kehidupan manusia, tapi ia begitu cerdas dalam menuturkan ceritanya. Bisa dikatakan ia mengangkat tema cinta dari sudut lain yang berbeda dari kisah cinta kebanyakan. Cinta yang tidak memaksakan. Cinta yang melepaskan. Cinta yang membebaskan. Cinta yang harus bertemu dan berpisah dengan caranya sendiri, tanpa tekanan kanan-kiri. Tanpa paksaan dari depan-belakang. Cinta itu hanya di pandu oleh hati. Hingga pada akhirnya cinta itu sendiri lah yang membimbing hati menemukan cinta sejati. Bagiku, itu juga merupakan bagian dari kecantikan hati. Oh look, how BEAUTIFUL Dee is! Selain mengangkat tema cinta, Dee juga menyisipkan unsur ilmu pengetahuan dalam karyanya, serial Supernova yang menakjubkan! (Dan betapa serial ini begitu kunanti)


Ucrit dan mas Gundu
Di acara meet and greet with Dee ini, ada hal yang lain yang menakjubkan bagiku. Pasalnya host yang menyetir acara ini wajahnya mirip sekali dengan mas Pongki (Pongki Barata tentu saja), salah satu musisi favoritku. Dan hebatnya lagi, dia baiiiiiiiiiiiiiik banget. Dia mau loh dimintain tolong buat jeprat-jepret motoin aku sama mbak Dee, juga sama temenku. Aku dan temenku juga di kasih bonus pin, padahal pin itu dikasih ke peserta talkshow yang berani dan terpilih oleh panitia untuk menerima tantangan dari mereka. Baik banget ya dia? Trimakasih mas mirip mas Pongki (kalo gak salah namanya Gundi, eh mas Gundu). Also, thanks God.*Bersyukur karena di dunia ini masih ada orang baik yang mau direpotin oleh orang cerewet kayak aku. Banyak permintaannya. Hahahaha.
 

Aaaaaah… lihatlah, betapa bagiku Jogja benar-benar Istimewa. Di kota kecil dan sederhana ini lah, aku merasakan begitu banyak kebaikan Tuhan yang mengiringiku. Menuntunku pada hal-hal ajaib yang dulu rasanya terlalu mustahil untuk di raih. Tapi yeah… as you see, here I am, I’ m in wonderful Yogyakarta and its miracles. Thanks God.


Udah ah, capek nulis mulu. Ngantuk mulai menyerang juga nih. Cuaca Jogja di luaran panas menyengat, males melalak diluaran. Gak ada yang bisa diajakin juga, soalnya gak ada pacar di Jogja. Hahahaha, curhatmodeon. Jadi begitulah… lebih enak ngadem di kos, nyalain kipas, kunci pintu kamar, nyalain radio, letakin kepala di atas bantal, dan… yuk mari kita tidur. Penulis cantik mau bobo cantik dulu ya pemirsa. (No protest, because beautiful is relative. Hohoho)


Have a nice nap, guys…

^_^

The Soundtrack of my Life (minjem jingle radio sebelah)



Sugeng enjang pemirsa…


What a sunny Sunday morning Yogyakarta! Cuaca Yogyakarta pagi ini cerah dan hangat, padahal sejujurnya tiap Sunday morning aku selalu berharap ada sekawanan awan Yogyakarta yang  menangis, kayak lagu Maroon 5 itu loh pemirsa…”Sunday morning rain is falling…”paling tidak local lah, awan itu cuma menangis didaerah tempatku tinggal. Alasannya simpel aja, biar bisa makin enak tidurnya a.k.a molornya. Hahaha. Dengan begitu rasanya Sunday bisa di buat tidur seharian. Apalagi coba yang bikin tidur jadi makin berasa nikmat selain Sunday, morning, and raining? Is it right? Ahahaha. Tapi pagi ini harapanku pupus sudah, cuaca Yogyakarta yang cerah berawan bikin mata terpaksa membuka.

Berhubung gak bisa tidur lagi, aku pun mencoba bermalas-malasan dengan cara lain. Rasanya udah lama banget aku gak dengerin radio, jadi Minggu pagi ini aku mau kangen-kangenan sama radio. Pengen menikmati musik yang disajikan tanpa pilih-pilih, walaupun sesekali bolak-balik tuning juga. (Gak konsisten banget ya? )Hahaha. Karena itu beda banget rasanya sama playlist yang kita pilih dan puter sendiri kalo kita nyalain winamp. Suka atau tidak suka pada pilihan lagu yang diputerin sang DJ toh tetap harus dinikmati, kalo gak mau ya gampang aja, tinggal swith off the radio. Selesai!


Kembali ke radio. Jadi, awal nyalain radio kupingku disuguhkan dengan musik dari musisi favoritku. What a good opening, I think! Lagunya menceritakan ajakan seorang lelaki yang mengajak wanitanya untuk berlayar bersamanya, menapaki bahtera kehidupan yang mungkin jauh lebih kompleks dari yang pernah ada. Apalagi dianalogikan, mereka cuma berlayar pakai perahu untuk mengarungi lautan lepas. Cuma sesederhana perahu yang notebenenya tidak terlalu kuat menghadapi gempuran ombak badai, dan bukannya kapal pesiar yang megah, kokoh, dan mewah yang bisa tahan dengan perubahan cuaca ekstrem di lautan. Jadi selama mereka berlayar, si wanita dilarang turun dari perahu layar mereka. Cukup mempercayakan apapun yang akan dihadapi kepada sang lelaki pujaan, percaya bahwa semua akan baik saja! Jujur aja, sewaktu pertama kali aku denger lagu ini, live pula, –waktu itu lagu ini belum dilepas secara komersil ke pasaran- aku ngerasa merinding. Liriknya penuh dan dalem banget. Terbit harapan ingin sekali punya lelaki yang seperti itu, mampu memberikan sesuatu yang lebih kepada wanitanya, walaupun hanya  secara komitmen. Sebab bagaimana pun, bagiku kekuatan komitmen itu akan membangun kekuatan-kekuatan lain yang bisa saja datangnya tak terduga. Kasarannya komitmen itu lah yang akan menjadi pondasi buat membangun segalanya. Tau kan betapa pentingnya pondasi dalam sebuah bangunan, baik bangunan berwujud maupun tak berwujud? Kalo gak tau, atau pura-pura gak tau, aku saranin kelaut aja!


Itu tadi lagu pertama sebagai pembuka pagi. Sekarang kita beralih ke lagu berikutnya. Sebenarnya ini bukan persis lagu kedua yang mampir di telingaku lewat radio. Entah ini lagu yang keberapa, tapi bukan disitu titik poinnya. Aku mau cerita lagu yang menarik, lagi-lagi setidaknya menarik buatku, yang gak sengaja kudengerin. Sama seperti lagu yang kuceritakan di atas, pertama kali aku denger lagunya, aku langsung jatuh hati. Pertama kali denger lagu ini seingatku pas pertama kali nonton film Madre di puter perdana di bioskop. Lagu kali ini milik Afgan – Jodoh Pasti Bertemu, Ost. Madre. Madre itu sendiri adalah adaptasi film dari kumpulan cerita Dee, salah satu penulis favoritku juga. (No protest, ‘cos this is my writing, so this is my world. It contains all my favorite things.) Sebenarnya aku belum terlalu familiar sih dengan lagu Afgan ini, barangkali karena belum punya koleksi mp3 nya, tapi aku lagi suka banget sama lagu ini. Dan lagi-lagi sebenarnya, semua hal yang berhubungan dengan Dee aku suka, jatuh hati lebih tepatnya. Walaupun belum tau ini lagu ciptaan Dee atau bukan. Whatever lah yang penting aku suka, toh lagu ini juga sebagai pengisi soundtrack tulisan karya Dee.
 

Sekarang mari kita mengupas lagunya, atau barangkali cerita Madrenya. It’s about Jodoh. Jodoh Pasti Bertemu, begitu judul lagunya. Ya, tepat sekali. Siapa sih yang gak percaya jodoh? Kalo ada ada diantara kalian yang gak percaya jodoh, yah itu terserah kalian. Aku gak mau ngutak-atik.

Jamak kita mendengar hidup, mati, rezeki, dan jodoh itu Kuasa Tuhan. Cuma Dia satu-satunya yang tahu kapan kita akan lahir (baca: hidup), mati, ketemu rezeki, juga ketemu jodoh. Dia sudah memiliki skenario tersendiri buat jalan hidup kita. Kita hanya wayang yang didalangi Tuhan. Dan lihatlah betapa kecilnya kita. Siapa yang bisa menolak takdir Tuhan? Kalo nasib sih masih bisa di ubah, tapi kalo takdir? Itu sudah menjadi ketetapan-Nya, bahkan jauh sebelum kita dilahirkan. Jadi disini, aku mau mencoba bercerita tentang ketetapan Tuhan, khususnya jodoh. (Tiba-tiba kepalaku terasa nyut-nyutan, dari dengerin radio kenapa jadinya aku berceloteh yang berat-berat?*garuk-garuk kepala* Tapi karena udah terlanjur basah, yuk mari basah sekalian.*Berlagak professional sebagai penulis amatiran. hahaha)


Based on the soundtrack of Dee’s Madre, jodoh pasti bertemu, lagi-lagi aku percaya pada apapun yang diilustrasikan Dee tentang jodoh. (Lihatlah betapa tulisan Dee begitu mempengaruhiku, juga tetangga sebelahku.) Betapa hidup selalu menunjukkan jalannya, entah dengan cara apa. Tak peduli seberapa banyak kau mengenal lelaki, tak peduli seberapa jauh kau berhubungan dengan lelaki, tak peduli seberapa sakit kau mendamba lelaki yang tak pernah menjadi milikmu karena ia tidak pernah memilihmu, tak peduli seberapa keras kau mencoba menyelaraskan elemen dirimu dengan lelakimu, tak peduli seharmonis apa kau menjalin hubungan kasih dengan kekasihmu, tak peduli seberapa besar keinginan kalian untuk bisa menikah dan hidup bersama,tak peduli seberapa complicated hubungan kalian, tak peduli seberapa jauh jarak yang memisahkan, kalau toh ditakdirkan harus berjodoh, maka berjodohlah. Begitupun sebaliknya, mau sekeras apapun mencoba, kalau toh digariskan tidak berjodoh ya pasti juga tidak bertemu. Sebab, jodoh pasti bertemu. Beneran deh jatuh hati banget sama lagu ini.

Lagu lain yang membuatku jatuh hati adalah lagu milik Tulus – Teman Hidup. Gak muluk-muluk pengharapannya, tetap ingin ditemani seumur hidup oleh wanita terkasih yang telah dipilihnya. Saling memiliki satu sama lain. Selamanya begitu. Sesederhana itu, sekaligus semahal itu. Beneran deh, ngarep banget dapat jodoh yang kayak gitu. Lelaki yang menyadari kelemahanya karena  gak bisa hidup tanpa wanita pujaannya, pendeknya mengagungkan wanitanya. How beautiful the world is, if it happens! Aaaaah… jadi ngimpi deh nih. Yuk mari ah mimpi lelaki yang seperti itu (go to the bed).


Udah ah, capek juga nyerocos ngalur-ngidul, gak jelas fokusnya. Mending bobo cantik aja kali ya… biar bisa ngimpiin lelaki idaman seperti ilustrasi di atas. Hahahha.
 

Have a great Sunday everyone...
^_^

artist: Afgan - Jodoh Pasti Bertemu (Ost. Madre)
source: https://www.youtube.com/watch?v=Ru3SlZarZ2M