Sunday, May 15, 2016

Rumah yang Kembali Ditemukan


Bagiku hal yang paling menyedihkan dari sebuah kehilangan adalah kehilangan rumah. Sebab kehilangan rumah bukan saja kehilangan tempat tinggal. Kehilangan rumah lebih kepada kehilangan wadah untuk menjadi diri sendiri. Kehilangan kebebasan untuk berekspresi. Bagiku blog ini adalah rumah kedua dari rumah yang berbentuk bangunan fisik. Ini adalah ‘rumah’ku dalam berekspresi. Disini aku bisa menjadi diriku sendiri. Menjadi sejatinya diri tanpa ada perintah sana-sini, tanpa tendensi ini-itu, dan tanpa pretensi sesiapa.

Gegara ingatanku yang payah, beberapa bulan yang lalu aku kehilangan rumah mungilku ini. Aku sempat lupa dengan ‘kunci’ rumah ini yang tersusun dalam bentuk kata. Dan parahnya ini bukan kali pertama aku kehilangan ‘rumahku’. Beberapa akun yang kuabsahkan sebagai rumahku akhirnya resmi dihuni laba-laba hanya karena aku tidak ingat kata sandi untuk masuk ke akun tersebut. Berat buat ngikhlasinnya, karena beberapa tulisan hilang begitu saja. Tak bisa lagi ‘diziarahi’. Beruntung, akun ini bisa diselamatkan. Beruntung, pintu rumah blog ini masih bisa dibuka. So, here I am. Kembali lagi ke dalam rumahku. Kembali lagi ke dalam moment2 yang terkristalkan disana. Alhamdulillah.

So, welcome back to me. Welcome back to you, my readers (halah :D). Do’akan ingatan saya lebih tajam agar saya tak lagi kehilangan kunci. Do’akan pikiran saya lebih tajam agar tulisan saya menjadi sesuatu yang kalian tunggu-tunggu. Haha. Once again, welcome back dearest readers. And happy fifteenth, happy reading.. and also happy writing..

Sincerely love,
Ucrit Violette

Hati yang Baru


Sesuatu yang kita sebut rumah tak selalu berada di alamat yang sama. Kita bisa membangun rumah baru dengan mereka yang hatinya tak tertinggal di masa lalu.