Tuesday, January 09, 2018

Cerita Suami Lagi

Sampai saat ini belum kutemukan kemiripan wajahku dengan suamiku namun entah mengapa setiap harinya cintaku kepadanya semakin bertumbuh. Konon katanya bahwa kemiripan wajah menjadi salah satu hal yang dijadikan ciri bahwa dua orang yang berbeda garis darah adalah berjodoh. Pun katanya yang tadinya tak mirip sama sekali setelah menjadi suami istri menjadi ada kemiripan satu sama lain. Belum genap sebulan saya diperistri dan selama itu pula belum ada kemiripan wajah pada kami berdua. Tapi itu tak lantas membuat cinta saya surut kepadanya. Tak masalah tak ada kemiripan diantara kami berdua, yang terpenting bagian dari diri kami tercerminkan pada calon anak2 kami nanti. Aamiin.

Entah mengapa pula semenjak menikah saya punya kebiasaan sebelum tidur harus memandangi foto suami. Bolak-balik buka album foto di hape hanya demi memandangi wajah suami. Memandangi foto pernikahan kami yang diabadikan oleh optik kamera. Padahal foto2 yang ada masih foto jepretan tangan amatir suami sendiri dan keluarga. Sebab kami belum menerima hasil cuci cetak foto hasil bidikan fotografer. Konon pulak sudah menerima ya? Bisa2 dipeluk terus itu album foto. Haha. Maafkan pengantinnya masih norak! ;p Rasanya masih terhanyut moment haru dan bahagia ketika menikah. Seakan tidak percaya akhirnya saya bersedia dinikahi dia setelah melewati pasang surut suasana hati saya. Lol

Memiliki suami itu rasanya bahagia. Tak ada makhluk yang sempurna tapi sebagai makhluk yang tidak sempurna cintanya telah menggenapi saya. Menjadi pelangkap potongan puzzle saya yang hilang. Membuat hidup ini jadi lebih mudah dinikmati dan disyukuri. Membuat hidup saya jadi lebih bermakna dan berwarna. Sekarang saya punya raja yang kepadanya saya mengabdikan diri sepenuhnya. Mudah-mudahan dihadiahi surga. Aamiin

Monday, January 01, 2018

Belum Berubah

Apa yang berubah setelah saya menikah? Rasanya belum ada yang secara signifikan berubah. Frekuensi kami dalam berbagi informasi masih biasa-biasa saja. Menikah tak lantas membuat kami saling mengharuskan ber-message-an intens. Kami masih saling mengerti kesibukan masing2. Telponan pun masih jarang-jarang persis sama seperti masih pacaran. Mungkin karena kami masih menjadi sepasang kekasih jarak jauh. Ketika berdekatan kami memang sepasang suami istri namun ketika berjauhan rasa itu pun kembali normal seperti sedia kala. Tak boleh ada pemaksaan atas nama pernikahan. Tinggal di atap yang berbeda konon telah merenggut kebahagiaan kami sementara.

Setelah menikah saya menyempatkan diri untuk ikut suami. Syukur alhamdulillah bisa cuti nikah agak panjang jadi bisa menikmati hidup selayaknya suami istri. Berdekatan secara jarak geografi tapi kenyataannya pun di satu kota bernama Surabaya kami berjauhan secara zona waktu. Sebagai sepasang suami istri yang baru saja disahkan, 24 jam dalam sehari tak lantas membuat kami bisa selalu bersama-sama. Suami saya tetap harus bekerja sebab cuti nikahnya tidak lama. Dan saya harus dengan rela menunggunggunya pulang kerja dengan jam kerja yang tak teratur setiap harinya. Jadwal kerja yang shift-shif-an telah merusak kesetiaan saya dalam menanti suami pulang kerja. Seringkali saya ketiduran tersebab menunggunggu pulang suami tercinta. Saya gak kuat melek nunggu jam setengah 2. Lalu saat dia pulang tahunya dia yang mencium kening saya. Maka kecewalah saya pada diri sendiri kenapa tak bisa mencium tangan suami ketika dia pulang kerja. Aahhh..

Kurang lebih semingguan bersama-sama, aktivitas saya hanya males-malesan di kosannya. Haha. Waktu liburnya pun kami tidak kemana-mana karena kami berbahagia meski tak kemana-mana, asalkan bersama-sama berdua. Surabaya belum bisa saya kunjungi lebih jauh, hanya beberapa tempat makan favorit yang kami kunjungi. Tanpa terasa tahu-tahu kehabisan waktu, dan segera harus charge energy untuk suami saya kerja lagi keesokan harinya. Begitu lah, hanya karena bersama-sama saja kami sudah berbahagia. Dengan menikah belum ada yang tampak berubah dari kami berdua. Hanya saja, setelah dijadikan istri saya kini mengerti keseluruhan rasa yang dia punya. Rasa yang dulu belum pernah tampak karena batas2 tertentu atas nama peradaban manusia. Kini dia tak pernah ragu-ragu menunjukkan rasa yang dia punya, kalau dulu sih masih banyak penolakan dari saya. Haha. Ya gitu deh, saya memang agak enggan menunjukkan sayang-sayangan sebelum akad diikrarkan. Sejauh ini saya bersyukur kami masih sepasang manusia yang saling membutuhkan walaupun jarak mengoyak.

Jangan Takut, Kita Berhak Bahagia

Seseorang tampak jauh lebih berbahagia ketika berani melepaskan hal-hal yang sudah tak layak lagi digenggaman. Sebagai manusia kita harusnya tahu diri bahwa mengetuk pintu yang tertutup dan tak pernah dibukakan lagi untuk kita adalah hal yang seharusnya kita sadari sejak dini. Tak perlu lah lagi negosiasi kesana-kemari. Keputusan meninggalkan akan menyelamatkan. Bukan untuk sesiapa melainkan untuk diri sendiri.

Hari ini aku disadarkan lagi tentang teori melepaskan. Setelah tanpa sengaja melihat satu adegan di infotainmen televisi tersebab gonta-ganti kanal yang acaranya membosankan, setelah melihat wawancara eksklusif seorang aktris yang pernah berjaya dimasanya akhirnya mengambil keputusan untuk meninggalkan kekasihnya, untuk bercerai dari suaminya setelah perjalanan pernikahan mereka diuji oleh perangai suami yang mengkhianati istri, aku kini mendapat ilmu penguatan tentang teori melepaskan. She looks happy, she's free now and sure she deserve better. Tak ada yang lebih berbahagia selain melihat orang lain berbahagia walaupun kita tak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya. Itulah getar kebaikan yang sesungguhnya.

Berani melepaskan orang atau sesuatu yang pernah kita akrabi untuk beberapa waktu atau beberapa tahun bahkan puluhan tahun memang tak pernah mudah. Keputusan meninggalkan harus benar-benar melalui proses panjang yang dimatangkan. Sebelum keputusan diambil pastinya hati merapuh seperti randu yang jatuh tertiup angin musim kemarau. Pergolakan batin pun tentu tak terelakkan. Airmata darah seandainya ada pasti sudah tak terhitung banyaknya. Namun keputusan berat dan pahit harus tetap diambil demi hak asasi berbahagia.

Kita tak semestinya takut teramat sangat meninggalkan hal-hal yang tidak lagi digariskan untuk kita, yang bukan hak dan milik kita karena selalu ada pelangi setelah badai. Terlebih lagi kita punya Tuhan, Dzat yang Maha Segala. Mohonlah pada Tuhan untuk selalu diberikan petunjuk terbaik dan kekuatan agar tetap tegar menghadapi apapun yang bakal terjadi. Berdo'alah agar Allah selalu mencurahi barokah-Nya dalam kehidupan kita. Jangan takut mengambil keputusan besar yang bersebrangan dengan rencana awal. Percayakan saja kepada Allah sang pemilik skenario. Ikhlaskan yang memberatkan mudah-mudahan Allah berkenan menggantinya dengan yang jauh lebih baik. Dan itu pasti terjadi. Sebab pada akhirnya semua orang berhak berbahagia lalu mengapa dirimu menjauhkan diri dari itu hanya karena perasaan takut yang teramat sangat? Let them go and soon you will much more happiest than the days before. Seperti aktris tersebut di atas, dia kini telah merdeka dari luka yang disebabkan suaminya. Dia bahkan sudah bisa bercanda tentang lelaki-lelaki yang kini mendekatinya. Lengkap dibungkus senyum dan tawa. She looks happy, she's free and sure she deserves better. Maka lepaskanlah hal-hal yang sudah tak layak lagi digenggaman demi hak asasi berbahagia.

I am a Rich Wife

If you have nothing in life but a good husband, you are rich.

Semenjak menikah entah mengapa tetiba saya merasa 'kaya'. Lelaki yang kini telah menjadikan saya seorang istri telah memberikan segala-galanya. Saya kaya bukan dari sisi finansial melainkan lebih dari itu. Saya kaya karena dicintai olehnya dengan caranya sendiri. Caranya mencinta membuat saya berbunga-bunga. Dia selalu berusaha mengerti semua kegelisahan diri. Dia menenangkan sekalipun aku tahu dia pun dirundung ketakutan-ketakutan. Dia menyejukkan sebab kebaikan-kebaikan terpancar dari kedalaman hatinya. Dia mengupayakan kehidupan yang lebih baik untuk keluarga kecil kami.

Semua orang yang baru menikah selalu merangkak dari bawah, tak terkecuali kami juga. Tak berkepemilikan apa-apa untuk menjalani rumah tangga membuat kami harus bersabar ekstra. Sabar harus benar-benar diberi pupuk terbaik agar tidak tergesa marah-marah dan menuntut aneka rupa. Sabar harus diuji sebelum kami naik di anak tangga tertinggi dan akhirnya sampai di podium tertinggi. Sabar adalah kunci kami dalam mengendalikan diri. Tak memiliki apa-apa tidak lantas membuat kami berduka. Sebagai sepasang orang dewasa kami mengerti semua kehidupan dimulai dari yang paling dasar dan paling bawah.

Dalam kehidupan kami sebagai sepasang suami istri kini kami memang belum sesungguhnya kaya tapi syukur kami dalam saling mencinta telah menjadikan kami kaya dengan tiba-tiba. Kelak seiring berjalannya waktu kami berharap kekayaan kami digenapkn dengan hadirnya peneduh hati kami berdua yakni anak-anak yang sehat sholih dan sholihah.

Page 1 of 365 in 2018