Monday, August 21, 2017

Cerita Olahraga Masa Sekolah

Demi apalah ini giliran malam Senin dan besok masuk kerja malah jam segini belum merem juga?? Padahal kemarin yang jelas-jelas malam Minggu dan libur malah ketiduran dan bebas dari begadang?? Dan demi apa pula tetiba jadi punya ide buat nulis yang ujung2nya bisa berdampak semakin sulit tidur sebab bisa membawa perasaan adiktif untuk bisa fokus menyelesaikan tulisan. Oh my...

Adalah kebiaasaan saya sebelum tidur bolak-balik ke kamar mandi, dan ketika di kamar mandi terinspirasi ide buat nulis tentang olahraga yang saya sukai. Udah beneran jadi bilik termenung aja nih kamar mandi kalau kata orang Malaysia. Haha!

Jadi ceritanya saya lagi browsing-browsing akun ig yang notabenenya isinya kebanyakan adalah akun online shop. Poor me it drived me to shop anytime! Bikin silap! Duh! Nah, disela-sela akun yang discrollling itu muncullah akun olahraga favorit saya. Tetiba akun itu untuk kali pertama ngebahas cabang olahraga lain selain yang berhubungan dengan akun tersebut. Nah, penasaranlah saya. Akhirnya saya pindah buka YouTube guna mencari info lebih lanjut tentang berita yang baru saja disajikan.

Setelah bolak-balik mencari key words, berusaha mencari full video demi bisa melihat dan menerka kecurangan2 yang terjadi pada olahraga tersebut yang sayangnya tidak saya temukan video keseluruhannya, akhirnya saya berusaha mencari tahu dari komentar netizen yang ada di video tersebut. Oh ya, ngomong-ngomong olahraga tersebut adalah sepak takraw.

Dikabarkan bahwa Tim nasional sepak takraw putri INA walk out dari perbandingan SEA Games #29 pada set kedua melawan MAS.
Set 1 telah dimenangkan oleh MAS, dan game kedua INA dalam posisi unggul 16-10 sebenarnya. Dari yang saya temukan video terpanjang hanya sekitar 8 menit-an saya kesulitan menemukan penyebab Walk Out-nya Tim INA. Saya kira karena tim MAS menyundul bola yang semula saya kira itu tidak diperbolehkan (Poor me. Lol) namun sepertinya bukan itu alasannya. Setelah membaca rules permainan takraw di kolom komentar (anaknya males browsing multi tasking 😅) akhirnya tetep nggak paham.) Hahaha. Sebenarnya sangat menyayangkan juga sih dengan keputusan walk out Tim INA ini, tapi mau bagaimana lagi. Itu sudah menjadi keputusan Tim pemain dan coach. Menurut komentar netizen MAS, pemain INA memang melakukan fault atas posisi servisnya. Namun menurut beberapa netizen INA hal tersebut tidak masalah dalam melakukan servis. Hanya saja karena merasa beberapa kali diperlakukan tidak adil dan didzolimi oleh umpire akhirnya tim INA tak bergeming saat diminta umpire kembali ke court pertandingan. They left the court. They did walk out! Saya sih tetap belum menemukan pijakan tetap untuk menilai mana yg benar dan mana yang salah. Cuma ya jadinya sangat menyayangkan kenapa sekelas SEA Games hal tersebut bisa terjadi. Gak usah lah ya saya kasih penjabaran kecacatan yang telah dilakukan pihak sing empunya gawe dan venue, you should have a feeling of curiosity. It is necessary!

Jadi sebenarnya saya mau ngomong apa sih?? Nggak tau saya mah. Haha.

Hmmm.. Gini, tetiba saya jadi flash back ke masa2 saya sekolah dan pengalaman2 ttg aktivitas olahraga. Karena ini ngomongin takraw, saya jadi ingat dulu jaman saya masih SMP saya suka nonton kakak kelas main takraw pas jam istirahat. They look cool. Lol again and again 😄. Saya jadi mengingat-ingat sebenarnya boleh gak sih melakukan sundul bola dengan kepala?? Memory saya berhasil menangkap. Dan jawabannya sepertinya ya. Hal tsb boleh saja. Saya sepertinya (lagi2 nggak yakin) sering melihat kakak2 kelas dan teman2 saya seringkali melakukan itu. Kalau hal ini ternyata tidak boleh, please forgive me.

others sport I did when I was young were volleyball, running, and table tennis. I am not the expert by the way, I were just playing for fun. Even I don't know how to play well with all of the rules. Haha.

Sebenarnya saya cuma mau bilang, jaman saya sekolah dulu saya nggak suka pelajaran olahraga alias penjaskes. Till now sih I think. Huft, poor me again. Saya olahraga cuma buat ujian alias cuma buat cari biji nilai di rapor. Saya harus keliling lapangan masjid deket sekolah sebanyak 3x putaran. Saya gak bohong, saya berhasil menaklukam tantangan guru saya. 3x putaran pekarangan masjid yang luasnya hampir sama dengan lapangan sepak bola.  Fyi. Saya berhasil menyemangati diri saya. I did it! FYI, Dan tetap aja, mentok2nya biji saya cuma 6. Huft. Nggak tahu apa ya saya mati2an lari, main volley cuma buat dapet nilai aja dan usaha saya cm dihargai segitu. Menyedihkan sekali. Jaman saya SMP pelajaran olahraga selalu jadi nilai paling rendah di rapor.

Belum lagi tentang volley, saya kayaknya baru kelas 2 SMP baru berhasil nyervis dengan menyebrang net. Udah syukur banget waktu itu. Soalnya nilai diambil dari bisa tidaknya bola menyebrang net dan mengambil umpan balik bola dari teman atau lawan selapangan. Gini juga mentok2nya dapet 6! Miris! Kalau untuk table tennis sih nggak pernah diambil nilai ujiannya. Tapi serius, saya bisa loh nyervis bola dan memberikan pukulan satu dua tiga ke lawan. Dan setelah itu, mati!! Bola sayanya. Hahaha. Kesimpulannya saya gak jago di cabang olahraga apa pun saat SMP. Maafkeun.

Itu cerita jaman SMP. Jaman SD lebih parah lagi. Waktu SD olahraga di sekolah saya cuma lari, kasti, dan volley. Jaman SD kegiatan olahraga sekolah saya hitungannya tidak fair. Olahraga tersebut berlaku unisex. Maksudnya tidak ada kategori putra dan putri. Semua di mixed. Jadi saya sebenarnya traumanya disini. Yang namanya kekuatan putra dan putri kan berbeda, mentalnya juga beda. Saya paling sebelnya kalau main kasti. Duh mak! Kebayangkan harus pukul stik keras2 agar bolanya melambung jauh, terus habis itu harus lari kencang menuju pos keamanan. Main secara tim pula. Kalau pukulannya jauh baru teman bisa lari ke pos keamanan berikutnya atau malah pulang ke Kandang. Dan ketika teman berhasil dilempar dan terkena bola oleh musuh maka keadaan menjadi berbalik. Huft. Sebel banget kalau kek gini. Cuma yang bikin paling kesel bukan itu, tapi ketika dapat gertakan perlawanan dari putra. Ya coba bayangkan putri harus lari menggunakan strategi demi melewati penjagaan kaum putra. Oh my God. Sebelll banget rasanya. Hampir2 mustahil putri selamat dari incaran putra. Udah takut duluan ini sayanya. Makanya seringkali pilih nggak main aja pas jam pelajaran olahraga. Ya mainnya kalau mau ambil nilai aja. Hahaha.

Dari SMP, SD, sekarang kita lompat ke SMA. Jaman SMA udah mulai melebarkan sayap ke badminton, basket, dan renang. Dan semuanya saya nggak bisa. Eh tapi lumayanlah bisa2 dikit. Hahaha. Jaman SMA inilah saya mulai jatuh cinta sama badminton. Waktu itu pemain timnas sudah estafet ke Taufik Hidayat sih yang paling populer. Waktu itu masih point games 15 utk putra dan 11 untuk putri dengan perpindahan kok bertahan. Artinya kok ditangan pemain dulu, barulah saat kok masuk pemain bisa mendapat tambahan poin. Jadinya lama. Satu poin aja bisa pintdah servis mulu. Satu partai pertandingan bisa2 satu jam 😄. Jadi masa ini saya tidak lagi menyaksikan eranya Susi Susanti dan Alan Budikusuma. Saya masih menikmati permainan Nova Widianto - Lilyana Natsir, Hendra - Kido, Fu Hai Feng, Peter Gade, Lee Chong Wei, Lin Dan, Simon Santoso, Sony Dwi Kuncoro, Maria Pebe, Ardiyanti Firdasari, si ganteng Lee Young Dae, Lee Hyun Ill, Bonsak Ponsana, istrinya Lin Dan yg sekarang juga, Zhang Ning sempet lihat juga, duo Denmark kawakan masih top juga smpe sekarang, dll. Di masa SMA ini juga saya punya adik kelas yang menggeluti bidang badminton. Dia anak club. Menurut info, raketnya aja harganya mahal. Buahaha.

Kalau tentang renang ya saya bisa sekedarnya, bisa buat move aja, tapi nggak bisa terapung di tempat, dan nggak berani di kolam kedalaman 2m ke atas. Untuk basket saya nggak bisa apa2. Dribble aja nggak bisa. Buahahha.

Sampe sekarang kayaknya saya nggak suka olahraga. Walaupun saya sadar secara teori olahraga itu penting banget buat kesehatan. Tapi secara praktek saya hampir2 nggak pernah. Tapi saya suka lihat orang olahraga, terutama kalau nonton badminton. Favorite! Kalau di rumah aja tontonan saya badminton terus. Bisa TV kabel soalnya. Kalau di kos, kalau ada event olahraga badminton yang disiarin di TV nasional saya lebih pilih nggak kemana2 demi tetap stay di depan TV.

Nah, itu cerita olahraga saya dari jaman saya sekolah dulu. Kurang menarik ya?? Haha. Tak apalah. Yang penting bisa cerita. Sekarang waktunya istirahat dulu ya... See you...