Thursday, June 20, 2013

Babbling


Aku ga tau kenapa tiba-tiba rasaku ga karuan seperti ini. Sebenarnya hari ini aku mendapat dua kabar, a good news and a bad one. Ketika dipertemukan dengan dua kabar yang bertolak belakang sekaligus, sebenarnya mana sih yang paling mempengaruhi si penerima kabar? Berita baik atau malah sebaliknya?

Well, berita baik yang kudapatkan sebenarnya kelewat baik malah. Aku mendapat wedding invitation dari salah seorang teman baikku selama masa studi kuliah. Tapi entah kenapa berita baik ini tidak cukup mampu mengusir badai dari efek kabar buruk yang kuterima. Padahal aku selalu kelewat excited tiap kali dapet undangan pernikahan dari temanku. Barangkali karena kabar buruk yang kudapat begitu mendominasi emosiku. Sebenarnya pun ini tidak bisa dikatakan kabar, karena aku tidak mendengar langsung berita ini dari si pengirim kabar. Aku hanya mencoba mengintip emosi yang mempermainkannya  lewat catatan pribadinya. Ga tau kenapa, tiap kali baca kisahnya selalu saja mampu menghadirkan baret luka tersendiri di hatiku. Seakan aku terjebak arus gravitasi yang cepat sekali jatuh menyentuh bumi. Terjerembab melesat dengan sangat cepat. Aku tak kuasa menghindar.

Sakit itu, luka itu, sesak itu, kecewa itu, penantian itu, aku tau pasti bagaimana rasanya. Aku mengerti sekali bagaimana rasa itu begitu menggigit. Namun sekalipun aku paham, tapi aku tak pernah sukses mengerti bagaimana menangkal semua itu. Bagaimana menghindari dari segala kesakitan itu. Ah… waktu. Benarkah kita harus takluk pada waktu? Benarkah kita selalu dipermainkan sang waktu? Benarkah waktu bisa mengobati segala sakit yang menggigit? Benarkah kita harus berdamai dengan waktu? Tapi bagaimana jika waktu lah yang pada akhirnya membuat sakit itu semakin menjadi? Semakin mengakar hingga ke ulu hati?

Hai waktu, berbaik hatilah pada hati yang merapuh. Berdamailah dengan mereka yang merindu sembuh.

Well, finally happy wedding buat sahabatku yang akan menikah. Semoga keberkahan selalu mengiringi pernikahanmu kelak. Berbahagia lahir batin dunia akhirat bersama imam yang dipilih. Dan untuk temanku yang sedang diuji, semoga Tuhan memberi yang terbaik untuk semua yang telah engkau upayakan. Aku percaya Tuhan kelewat sayang sama kamu. Pun aku percaya Tuhan sedang membuat maharencana yang sangat baik buat garis kehidupanmu kelak. Kesakitan ini semoga hanya bersifat sementara dan tidak berlama-lama menderamu. Maka bersabarlah. Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar. Aku percaya suatu hari badai itu akan menyarah kalah. Tak ada lagi badai kenangan. Yang tersisa hanyalah bahagia. Amin ya Robb.