Saturday, February 25, 2017

Lingkar Jodoh

Kita tidak tahu nantinya akan menikah dengan siapa.  Orang lama yang pernah kita cinta atau dengan orang yang sama sekali baru hatinya. Sama aja. Bagaimanapun caranya menikah, bagi saya tetap saja itu anugerah. Asalkan tidak melanggar norma-norma.

Adalah lumrah jika manusia diliputi gelisah karena belum juga menikah diusianya yang sudah pantas untuk manapaki itu. Tapi jangan khawatir, Tuhan tidak pernah meninggalkanmu sendiri. Tuhan hanya memintamu bersabar lebih. Tuhan memantau kesiapan yang sedang kau pupuk setiap hari. Tuhan ada dalam tadahan tangan yang kau susun atas jemari. Tuhan mendengar semua do'amu. Perkara kapan do'amu dijawab itu perkara nanti.

Hari ini saya mendapat satu undangan pernikahan dari salah seorang sahabat saya. Dia yang lumayan tenggelam kabarnya, tahu2 megirimi saya sebuah undangan pernikahan. Ia akan melangsungkan pernikahan minggu depan. Nggak pernah cerita2 sebelumnya, eh tahu2 memberi kabar bahagia yang tanpa aba2. Saya mendadak galau? Nggak juga. Justru sebaliknya, saya berbahagia.

Sahabat saya ini seumuran dengan saya. Ia yang setahun yang lalu gelisah karena tak punya kekasih, tahu2 mendadak memberi kabar ia ingin menikah. Saya nggak tahu detil hubungan asmaranya, tapi setelah resmi menerima undangan akhirnya sebagai sahabat saya kepo maksimal. Mulai lah tanya2 rempong ke dia. Hahaha. Ternyata ia akan menikahi seorang yang mati2an pernah ia tolak cintanya. Sejak lama.

Selalu ada kisah menarik mengenai jodoh. Dengan kadar bumbunya masing2. Dengan kadar 'rasanya' sendiri-sendiri. Jodoh selalu menjadi kisah ajaib untuk ditelusuri. Tak ada penolakan yang sia-sia. Tak ada penerimaan yang biasa-biasa saja. Semua telah diatur dan ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Bagaimanapun kita berjalan santai kalau memang jodoh toh ia akan sampai digenggaman. Bagaimanapun kita berlari dengan 1000 kaki kalau Allah takdirkan tidak berjodoh toh tidak akan terjadi. Jadi, perkara jodoh tak perlu terlampau dibikin rumit. Ikuti saja alurnya. Nikmati prosesnya. Percayalah tak ada waktu yang terbuang sia-sia. Segala hal sudah berjalan pada track-nya. Asalkan kita percaya. Lalala lalala... (mantra jiwa)

Tuesday, February 21, 2017

Kamu

Akhirnya aku tahu darimana lengkung senyum ini berasal. Kamulah sebab segala kebahagiaan. Kepadamu kugantungkan begitu banyak pengharapan.

Sunday, February 19, 2017

Wacana Misi

Beberapa jam yang lalu saya baru saja menyelesaikan sebuah buku. Ini adalah buku kedua yang saya baca di tahun ini. Buku setebal 604 halaman ini saya selesaikan dalam waktu 3,5 bulan. Cukup lama memang. Namun ini adalah waktu yang terhitung cukup cepat bagi saya. Biasanya saya menyelesaikan buku ini sekitaran bulan Mei. Tepat atau menjelang hari kelahiran Ibunda saya. Memang sejak 2 atau 3 tahun ke belakang, saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk menyelesaikan bacaan ini pada hari kelahiran atau menjelang hari kelahiran Ibu saya. Sebenarnya sih saya inginnya menyelesaikan buku ini sebelum hari kelahiran saya, juga Bapak dan Ibu saya. Namun hal itu agak berat buat saya karena jarak waktu yang pendek utk ukuran pembaca seperti saya. Kelahiran saya, Ibu dan Bapak hanya berjarak 1 bulan berturut-turut (3 bulan berturut-turut). Agak berat buat saya menyelesaikan misi ini padahal itu adalah hal yang memungkinkan sebenarnya. Namun dengan waktu penyelesaian buku ini yang lumayan dini semoga misi saya nanti bisa berjalan sesuai rencana. Paling tidak dalam 3 bulan itu saya bisa menyelesaikan sebanyak 2 kali. Mengingat hari kelahiran saya dan Ibu hanya terpaut seminggu, ini merupakan hal lumayan sangat berat bagi saya. Jadi saya putuskan untuk mengambil waktu yg paling akhir yakni hari kelahiran Ibu. Semoga Allah berkenan memudahkan segala harapan saya dan meringankan langkah saya demi mendekati titik tuju saya. Aamiin..

Saturday, February 18, 2017

Tulisan Hilang yang Malang

Cuma mau bilang, tulisan gw hilang! Udah gitu aja. Mau bikin yang baru nggak bisa sebab ide menulis tidak datang dari jalan yang sama. Semoga esok tergantikan dengan tulisan yang baru. Semoga..

Thursday, February 16, 2017

Spektrum Bahagia

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya satu jam yang lalu, saya baru saja menyelesaikan sebuah buku. Ini adalah buku pertama yang saya lahap habis di tahun ini. Setelah sekian lama absen dari dunia baca buku, ada rasa menakjubkan yang menghampiri saya. Buku yang barusan saya baca adalah buku setebal 329 halaman, selesai dalam 2 hari dengan jeda disana-sini. Sebenarnya tidak cukup tebal kalau dilihat dari segi halaman, tapi jika dipandang dari segi minat baca rasanya Masya Allah. Merupakan satu pencapaian perdana yg patut saya apresiasi sendiri di tahun ini sebab bisa membaca sebuah buku dengan minat baca yg sedang dilanda krisis hebat.

Minat baca saya yang menurun parah sejak setahun ini membuat saya bangga menyelesaikan buku perdana yg saya baca tahun ini. Terdengar berlebihan ya? Haha. Maafkan jika begitu, tapi memang demikianlah adanya. Ada spektrum bahagia ketika mata saya jatuh pada huruf terakhir buku itu. Sel-sel saya seperti disapa cahaya bintang di angkasa. Menjadi jauh lebih bernyawa. Seakan tidak percaya saya telah menyelesaikannya. Seolah tak percaya saya telah 'pulang' dari perjalanan panjang. Saya kembali, pada akhirnya. Setelah ini mudah2an perjalanan baca tulis saya semakin jelas menuju rumah. Semakin terpupuk dan terasah. Gak perlu didorong oleh sesiapa, cukuplah alam semesta yang menuntun saya. Bagi saya itulah sebenar-benarnya panduan. Seterang-terangnya penunjuk jalan.

Tanya yang Menemukan Jawaban

Cepat atau lambat pada akhirnya kita akan 'dipertemukan' dengan jawaban2 atas pertanyaan2 yang meraung-raung dalam kepala kita sendiri. Benarlah bahwa setiap hal selalu bersanding dengan oposisi biner. Seperti halnya siang bersanding dengan malam, panas versus dingin, bumi dengan langit, begitu pun setiap tanya bersanding dengan jawaban. Dan mereka akan saling menemukan dengan caranya sendiri. Secara alami. Tanpa perlu kita percepat atau perlambat kedatangannya. Mereka membuka diri tanpa paksaan sesiapa. Selain memang atas ketetapan-Nya. Maka, jangan pernah berhenti bertanya. Selamat menabung tanya sebanyak-banyaknya. Namun jangan lupa untuk berusaha mencari jawabnya, hanya saja tidak perlu ada proses bedah. Jalani saja dengan alami. Yakinlah ia akan membuka diri. ✨🌟💫🌌🌠💥
*talk to the book*

Friday, February 10, 2017

Tentang Perempuan

Berbahagialah kalian wahai kaum lelaki karena tidak pernah merasakan sakit bulanannya kaum perempuan. Kalau bulanannya aja ada sakitnya lalu bayangkan bagaimana sakitnya perempuan hamil selama 9 bulan? 🌜🌵

Sakit bulanan itu disebut PMS (Pra Menstruation Syndrome). Sakit yang rasanya nyeri tak terkira sebab menjelang atau datangnya haidh. Sakit tipe ini memang gak setiap bulan datang, hanya sesekali. Tidak setiap datangnya haidh disertai nyeri perut seperti ini. Tapi jika ia datang, rasanya gak karuan. Rasanya tak ada perumpaan yang tepat ataupun bahasa yang dapat mewakili pemaparan sakitnya. Mau tiduran, duduk, jongkok, berdiri atau posisi apapun sakitnya tetap terasa. Satu2nya yg bikin hilang rasa sejenak adalah tidur pulas. Ingat ya, hanya tidur pulas. Kalau hanya sekedar tiduran dijamin sakitnya gak hilang. Kadang2 walaupun sudah tidur pulas, namun ketika bangun sakitnya kembali datang. Bisa berjam2an sakit begini, kadangkala ada pula yang seharian. Kebayang gak rasanya?

Tapi... Semua itu belum seberapa dibandingkan sakitnya perempuan hamil. Saya sih memang belum pernah hamil, jadi belum tahu pasti sakitnya seperti apa. Kalau ngebayangin kadang2 super ngeri, apalagi kalau ngebayangin keadaan melahirkan. Ampun, saya belum punya nyali. Namun semua itu tidak memupuskan harapan saya agar segera hamil, LoL.

Keadaan sakit nyeri haidh ini bikin saya ingat dengan pemaparan penulis favorite saya, Sidney Sheldon. He said that he liked to use woman character on his novels that represented that woman has tremendous power. I agree with him. Bahwa setiap perempuan itu hebat. Setiap perempuan terlahir kuat. Ia seperti memang diciptakan dengan multi talenta. Sejatinya tidak ada perempuan yang biasa2 saja. Semua perempuan luar biasa. Semua perempuan istimewa. Semua perempuan berharga. Saya berbangga terlahir sebagai perempuan. Bahwa perempuanlah embrio kehidupan. Bahwa ditangan perempuanlah peradaban dibangun.

Kembali ke masalah melahirkan. Kita tahu dari cerita orang2 bahwa melahirkan itu sakit luar biasa. Disana ada pertaruhan nyawa hidup dan mati seorang perempuan. Puncak sakitnya mengandung ada di bab melahirkan. Saya percaya semua perempuan takut dengan melahirkan, namun toh Allah memberikan kekuatan yang nggak bisa diduga bahkan oleh mereka sendiri. Kalau dibayangin memang ngeri tapi pertolongan Allah nyatanya mampu menutup semua luka dan sakit mereka. Ketika bayi yang didamba telah lahir, bersama itu pula senyum mereka mengembang. Maka resmilah mereka menjadi Ibu. Manusia yang akan membangun peradaban.

Dari kejadian nyeri haidh ini saya belajar bahwa sebenarnya ini adalah ujian bertahap sebelum menuju fase melahirkan. Sakit bulanan yang kadang2 datang ini adalah sakit yang sifatnya bertahap. Sakitnya gak setiap sebulan sekali datang, hanya sesekali. Tapi yang sesekali itulah yang bikin perempuan belajar lebih kuat. Perempuan seperti disiapkan untuk episode yang jauh lebih besar, episode mengandung dan melahirkan. Bayangkan mengandung seorang bayi selama 9 bulan itu sakitnya seperti apa ya kalau PMS seharian aja sakitnya seperti ini? 😑 Itulah kekuatan perempuan.

Katanya kalau mengandung itu apa2 susah, tidur susah, buang air susah, jalan susah. Setiap fase mengandung perempuan itu bukannya tanpa risiko. Tri semester pertama, pada tahap ini katanya calon Ibu seringkali merasa mual. Apa2 yang masuk ke mulut seolah2 keluar juga (dimuntahkan). Tapi calon Ibu harus tetap semangat makan nutrisi bergizi demi pertumbuhan janin dalam rahimnya. Walaupun selang beberapa saat makanan yang terpaksa dimasukkan dengan berat hati harus keluar karena bawaan muntah2. Biasanya kayak gini yang bikin Ibu hamil enggan makan. Tapi kalau nggak makan nanti lebih berbahaya lagi katanya. Dilemma kan jadi perempuan? Belum lagi tahapan2 mengandung lainnya. Kalau perut Ibu sudah besar (kandungan tua), mereka harus menopang dua tubuh sekaligus, tubuhnya sendiri dan tubuh calon bayinya. Nggak usah ditanya kita pasti tahu rasanya berat. Dan itu mereka rasakan selama lebih kurang 9 bulan. Membawa-bawa seorang janin dalam kandungan selama 9 bulan itu membikin saya semakin takjub pada perempuan. Buat saya perempuan itu akan jauh terlihat cantik saat mengandung besar, saat perut dan anggota tubuh yang lain terpaksa ikut membesar. Jauh berbeda dari ukuran tubuhnya semula.

Yang membuat saya kagum pada perempuan adalah seberapa pun sakitnya derita perempuan mereka selalu bisa mengatasinya. Perempuan seperti dibimbing langsung oleh Tuhan bagaimana mengobati luka dan sakitnya. Insting mereka tajam. Kasih sayang mereka tanpa batas. Mereka menjadi pusat kehidupan. Bahwa tak ada kelahiran tanpa seorang perempuan. Bahwa tak ada peradaban tanpa 'sentuhan' seorang perempuan. Cara mereka menyembuhkan luka, mengobati sakit, menahan perih, membesarkan dan mendidik anak terlahir dengan sendirinya. Alam semesta yang mengajari mereka. Pengalaman menjadikan mereka Ibu terhebat bagi anak2 mereka. Inilah yang menyebabkan tak ada Ibu yang cacat. Setiap anak pasti mengagumi Ibu mereka masing2. Betapapun tak sempurna pengasuhan Ibu mereka, mereka tak bisa mencari Ibu pengganti. Itulah mengapa Ibu mereka menjadi Ibu terbaik. Rapor Ibu tak ada yang merah. Ibu mereka tetap Ibu terbaik walaupun dibandingkan dengan Ibu siapa saja. Sekalipun dibandingkan dengan Ibu mertua. Inilah mungkin yang menjadi alasan besar bagi setiap anak perempuan agar ketika mereka melahirkan mereka ingin didampingi oleh Ibu kandung mereka, dan bukan Ibu2 lain, sekalipun Ibunya Ibu (nenek) atau Ibu mertua. Dengan pengorbanan Ibu yang luar biasa itulah rasanya sepadan bahwa ada surga di telapak kaki Ibu. Anak2 yang ingin masuk surga sejatinya syaratnya tak susah, cukup muliakan Ibu mereka itu sudah termasuk kunci surga. Tetapi semakin dewasa anak2 belajar mencintai orang lain. Mungkin dalam tahap ini setiap ayah dan Ibu merasa pilu. Bahwa anak2 yang dikandung dan diasuhnya akan mulai membangun peradaban kecil lagi melalui keluarga. Mereka akan mentasbihkan calon Ibu2 yang baru. Mereka akan membangun peradaban secara turun-temurun. Begitulah seterusnya. Hingga peradaban yang lebih besar lahir dan berkembang. Surga2 baru tercipta dengan alami melalui Kuasa Ilahi. Begitulah Allah mengistimewakan seorang perempuan. Jadi bagaimanapun sakitnya menjadi perempuan nikmati saja. Perjuanganmu akan dibalas dengan sangat manis. Contohnya saja saya, dari nyeri haidh ini bisa menghasilkan tulisan absurd ini 😄

PS: penulis menulis tulisan ini sambil meringis menahan sakit. Nyeri haidh ini istimewa! 🍺

Thursday, February 09, 2017

La La La

Kalau ada yang bertanya "pernah jatuh cinta?". "Hanya beberapa kali." Lalu bagaimana dengan patah hati, pernahkah?Tentu saja. Untuk yang ini lebih banyak jumlahnya. Hahaha.

Ngomongin tentang 2 hal diatas gw berasa kayak agak erosi hati. Kalau menilik sejarah sih emang kekasih2 gw sih nggak ada yang ganteng (dosa apa ya gw gak pernah punya cowok ganteng, haha), jadi emang gw jarang ngerasa super jealous ke mereka. Atau mungkin sebenarnya gw gak punya rasa cemburu ya? Haha, parah! Tapi emang sih, gw ngerasa jarang atau mungkin hampir nggak pernah ngerasa cemburu sama kekasih2 gw hanya karena cara mereka beradaptasi dengan wanita2 lain selain gw. Kalau dipikir2 sih buat apa juga? Kalau cuma bikin susah gw aja mah ogah. Jadi bisa disimpulkan erosi rasa gw nggak disebabkan dari hal yg satu ini.

Kadang2 gw heran, semakin kesini kenapa rasa gw jadi jauh berubah? Rasanya gw ada di fase degradasi hati/rasa. Gw jadi bertanya-tanya cewek2 lain ngerasa gini juga nggak sih? Apa cuma gw aja? Gw kadang2 jadi kangen sama masa2 gw jatuh cinta dan patah hati dulu. Rasanya menakjubkan. Gw bisa jatuh cinta dan patah hati sekaligus dalam waktu yg bersamaaan. Jauh bangett sama keadaan gw sekarang. Apa karena sekarang gw udah jauh lebih "matang" mengolah rasa? Ah, entahlah. Mudah2an sih begitu.

So, what's the problem, Ucrit? Gw pengen menikah biar bisa ngerasain jatuh cinta yang sebenarnya.

Monday, February 06, 2017

Makna Dibalik Perjalanan

Misi sudah selesai. Alhamdulillah saya sukses menaklukkan tantangan ujian meskipun gagal memupuk kepercayaan diri dalam menghadapi penguji. Nggak ada ujian yang mudah, apalagi modal hafalan. Hafalan tidak bisa selamanya kekal dalam ingatan. Sialnya sekalipun sudah mati2an menghafal kadang2 bisa bubrah hanya karena gerogi. Bikin suara tetiba jadi gemetar dan nggak stabil, lama-kelamaan bisa bikin hilang fokus dan akhirnya materi hafalan seakan hilang dari ingatan. Bukan karena nggak hafal, tapi gerogi yang akhirnya berimbas pada lupa. Jadi kesannya di depan penguji kitanya nggak hafal, padahal cuma masalah hilang ingatan sejenak. Ujung2nya mempengaruhi nilai ujian. Memang sih nilai bukan tujuan, tapi kalau bukan karena mengejar nilai nggak akan ada barometer kelulusan. Jadi, dalam setiap ujian mengejar nilai itu perlu, dalam artian mengejar kelulusan. Alhamdulillah, saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.

Ujian ini mengajarkan saya banyak hal tentang mempelajari Al-Qur'an. Sebelum ujian, saya merasa materi ini lumayan berat buat saya. Belum lagi mengingat kemampuan menghafal saya yang payah, saya rasanya sedari awal frustrasi dini. Mencoba berkali-kali menghafal tapi nggak 'masuk2', ujung2nya saya minta bantuan guru. Alhamdulillah, cara ini manjur. Saya dipaksa menghafal agar sampai pada tujuan, mencapai kelulusan. Terima kasih tak terhingga pada guru yang telah membimbing saya selama proses belajar (menghafal materi ujian). Saya jadi tertantang untuk mengikuti ujian tahap selanjutnya.

Saya sungguh bersyukur ada dalam lingkungan orang2 pecinta Al-Qur'an. Melalui perjalanan menuju ujian ini saya menyaksikan banyak hal tentang kecintaan guru2 saya memuliakan Al-Qur'an. Seeing is believing. Begitulah kira2 pelajaran yang saya dapatkan dari perjalanan ini. Saya menyaksikan mereka menyibukkan diri dengan bacaan Al-Qur'an. Sepanjang perjalanan masing2 kami bermuroja'ah dengan hafalan masing2 dimana kami terbagi dalam 2 materi ujian yang berbeda. Ada yang gantian saling menyimak bacaan untuk mengoreksi bacaan yang keliru, ada yang membaca Al-Qur'an selama diperjalanan untuk menggenapi proyek ODOJ (one day one juz), ada yang berbagi cerita tentang pengalaman dakwah, ada pula yang berusaha tidur supaya tidak mabok darat. Melihat dan mendengar mereka melantunkan ayat2 Al-Qur'an saya rasanya tertonjok. Ada nyeri di ulu hati saya. Saya yang jauh lebih muda dari mereka ternyata sangat jauh tertinggal dalam memuliakan Al-Qur'an, bahkan terkesan mengabaikan. Mereka yang dengan kesibukannya tinggi saja masih menyempatkan diri membaca Al-Qur'an. Tak satu hari pun mereka lewatkan dalam membaca Al-Qur'an. Saya salut sekaligus malu melihat keistiqomahan mereka. Saya yang masih muda, masih segar, punya cukup waktu luang belum bisa seistiqomah Beliau.

Ketua rombongan ini adalah seseorang yang usianya sudah senja, tapi ghiroh Beliau dalam memuliakan Al-Qur'an sangatlah tinggi. Seringkali Beliau bermuroja'ah melantunkan ayat Al-Qur'an, sesekali juga bercerita tentang kecintaan beliau dalam berdakwah. Perjalanan kemarin saya mendengar langsung beliau muroja'ah surah Al-Waqi'ah dengan sangat indah. Saya takjub dan terpukau. Tingkat kekaguman saya kepada Beliau mendadak naik drastis. Saya balut cinta saya dengan syukur dan do'a. Saya bersyukur karena bisa secara langsung berinteraksi dan belajar dari beliau. Semoga Allah berkenan memanjangkan umur beliau, memberikan kesehatan, keselamatan, dan keberkahan tak putus2nya kepada Beliau, mengistiqomahkan langkah Beliau dalam berdakwah, meridhoi dan merahmati hidup Beliau sekeluarga. Aamiin ya Robbal 'Alamiin.

Namun pelajaran yang saya dapat tidak putus sampai disitu. Sebagaimana kita tahu, perjalanan panjang lintas provinsi yang ditempuh lewat jalur darat pasti melelahkan. Belum lagi keadaan badan jalan banyak sekali yang rusak berat membikin laju kendaraan melambat, waktu tempuh perjalanan menjadi terhambat sehingga memakan waktu yang lebih lama dari estimasi waktu tiba. Kami akhirnya tiba di tujuan dengan waktu yg lebih panjang, lumayan agak malam. Terhitung terlambat untuk ukuran jam makan malam. Setelah menghormati jamuan tuan rumah, kami dipersilakan istirahat agar besok pagi bisa fresh ketika ujian. Namun apa yang saya saksikan? Lagi2 saya takjub dengan pandangan mata saya. Hampir tengah malam setelah menempuh perjalanan seharian, lelah seperti tiada pada diri mereka. Guru2 saya setelah membersihkan diri, mereka tidak langsung ambil posisi tidur. Yang terjadi adalah mereka menyempatkan diri dengan membaca Al-Qur'an. Sesibuk dan selelah apapun mereka, mereka tak lupa pada misi ODOJ mereka. Saya lagi2 seperti ditonjok. Saya sungguh jauh tertinggal dari mereka. Mereka bela2in bertadarus hingga dini hari demi mengemban sebuah misi, membaca Al-Qur'anul Karim. Saya boro2 ODOJ, sebulan sekali aja belum tentu khatam Al-Qur'an. Melalui perjalanan ini saya seperti dipanggil dia diingatkan untuk berlomba2 dalam kebajikan. Nggak ada kata terlambat dalam mencari ridho-Nya, seperti kemarin bekal sebelum ujian, awali saja dengan Bismillah. Semoga barokah.

Friday, February 03, 2017

Perjalanan

Sepanjang perjalanan darat, banyak sekali jalanan yang berlubang. Ini jalanan benar2 memprihatinkan. Lubangnya terlalu banyak dan lumayan dalam. Setiap pengendara harus mengurangi laju kecepatan kendaraan dan harus ekstra hati-hati menatap jalanan. Itulah kenapa saya lebih menyukai perjalanan udara ketimbang perjalanan darat. Bukannya perjalanan udara tanpa hambatan, justru perjalanan udara tergolong mengerikan dalam hal kecelakaan. Saya ngeri tiap ngebayanginnya jadinya gak akan saya bahas efek kecelakaan pesawat terbang. Setiap orang pasti tahu akan kengerian itu. Tapi tahukah bahwa konon katanya pesawat terbang (kendaraan udara) merupakan alat transportasi yang minim kecelakaan?

Tingkat kecelakaan pesawat terbang jauh lebih kecil dibandingkan kecelakaan pada transportasi darat maupun laut. Yang kita lihat dan dengar dari media tentang kecelakaan pesawat terbang itulah sebagian kecil kecelakaan transportasi udara, sehingga ketika ada kecelakaan maka ia seolah menjadi satu berita yang besar atau lebih tepatnya dibesar-besarkan. Jika kita amati tiap hari raya besar keagamaan seperti Lebaran (Idul Fitri) misalnya, banyak sekali kendaraan darat, laut, maupun udara yang berlalu lintas di lintasannya masing2. Nah, pada saat hari raya keagamaan itulah banyak terjadi kecelakaan darat maupun laut, kecelakaan darat menjadi tingkat tertinggi, sementara kita jarang mendengar kecelakaan pesawat terbang pada hari raya keagamaan. Kalaupun ada datanya tidak sebanyak kecelakaan alat transportasi darat maupun laut. Sebenarnya kendaraan laut juga lumayan aman, namun umumnya kecelakaan ini seringkali terjadi karena overload penumpang. Beberapa tahun belakangan ini menjelang tahun baru kasus yang ada seperti itu, umumnya mereka lebih mengedapankan omset ketimbang keamanan dan kenyamanan penumpangnya. Miris sekali. Harusnya itu bisa ditanggulangi agar tidak terjadi demikian, namun segelintir orang lebih suka memanfaatkan keadaan demi keuntungan pribadi. Menyedihkan. Nilai kemanusiaan tidak lebih tipis dari kulit bawang.

Yang bikin saya ketagihan naik pesawat terbang adalah efek dari naik pesawat terbang itu sendiri. Saya jadi suka berada diawang2. Saya suka melihat langit, awan dan kadang2 air hujan dari ketinggian. Yang tidak kalah menakjubkan saya jadi suka membangun imajinasi. Ketika di udara saya jadi lebih suka bermonolog, apalagi kalau dapat window seat, rasanya surga. Jadi bebas leluasa memandang apa saja. Lihat awan kadang2 gak sengaja bikin fabel sendiri, rasanya jadi bernostalgia dengan masa kecil. Dulu sewaktu saya kecil suka sekali lihat awan, dan mengira-ngira awannya kira2 mirip hewan apa, lalu mulailah membikin fabel sendiri. Hahaha, ternyata saya memang suka menghayal sejak kecil. Tapi ada sih satu kekurangan naik pesawat terbang, harga tiketnya kemahalan, nggak terjangkau. Apalagi kalau Lebaran, bisa2 naik 2x lipat dari harga normal. Selebihnya, naik pesawat terbang itu menyenangkan. Oh ya satu lagi, berada diketinggian bikin saya dekat dengan Tuhan. Saya jadi lebih bersyukur karena Dia menciptakan alam semesta ini luar biasa indah dan seimbang. Tak ada yang cacat dalam penciptaanNya. Saya bersyukur bisa menikmati karuniaNya. Apa2 yg saya lihat di udara membuat saya kagum akan Tuhan saya. Saya jadi berpikir bagaimana cara kerja mereka, lihat awan yang menggantung, langit biru dan kadang2 kelabu, bintang2 yang gemerlap, matahari yang bersinar terang, air hujan yang turun dari gumpalan awan. Sungguh dalam penciptaanNya ada tanda2 kebesaran-Nya bagi orang2 yang berfikir.

Perjalanan menuju Cirebon, Jawa Barat
4 Februari 2017


Bekal Perjalanan

Adalah kesalahan besar jika dalam perjalanan atau dalam bepergian tidak membawa minyak kayu putih, pena dan buku catatan. Dalam hal minyak kayu putih jarang sih ketinggalan, karena ini sudah menjadi obat wajib sehari-hari, tapi kalau buka catatan ya ini yang sering kelupaaan.

Saya sih orangnya kalau diperjalanan suka berimajinasi. Jangankan naik pesawat, naik motor aja saya seringkali nggak fokus. Isi kepala seringkali berantakan. Sering kepikiran hal2 lain diluar berkendara. Ini kalau pihak kepolisian tahu bisa2 SIM C saya dicabut, jadinya gak boleh berkendara.  Tapi syukurlah mereka nggak tahu. Hahaha.

Perjalanan kali ini kurang lengkap rasanya tanpa coret-coret sesuatu. Kepala jadinya makin gak karuan. Banyak yang bertebaran liar disana. Yang sayangnya tidak bisa saya kristalkan. Syukur Alhamdulillah perjalanan kali ini ada jaringan signal WiFi-nya jadi masih bisa nulis di blog. Enyiwei, kalau diperjalanan ada jaringan WiFi gini rasanya surga. Alhamdulillah cuaca siang ini lumayan cerah berawan. Do'akan perjalanan ini barokah ya..



Wednesday, February 01, 2017

Hello, Kau

Kau tahu? Kau dilahirkan tidak untuk menyerah! Tapi kau juga tahu bahwa hasil bukan menjadi satu-satunya parameter kekuatanmu. Nikmati saja alurmu. Kau semestinya tahu kapan kau harus menyerah dan kapan kau harus melanjutkan langkah. Tapi ingatlah satu hal, tak ada hidup yang mudah. Tak ada perjalanan yang lurus-lurus saja. Pergunakan otak dan intuisimu, kamu harus bijak dalam menyikapi keduanya.
*monolog menjelang lalala*