Tuesday, January 31, 2017

Ceracau Dini Hari

Kalau tetiba dini hari pingin menulis itu namanya apa kalau bukan kecanduan?
Kalau tetiba di dini hari yang sepi terlintas namamu itu namanya apa kalau bukan rindu yang keterlaluan?
Mungkin rindu ini datang bukannya tanpa sebab dan alasan
Mungkin tanpa kamu sadar dibelahan bumi yang lain kamu menyebut namaku,
Entah pendek entah panjang,
Entah nama lahir entah nama pena,
Entah semu entah nyata
Entah kenangan manis entah kenangan menggerutu,
Pokoknya tiba2 kamu mengingat aku
Hingga mendesau lah ingatan2 tentang kamu yang terbungkus rindu
Hingga aku beku dalam magis drama
Drama bernafaskan kamu dan rindu
Drama berparaskan semu

*Sebenarnya pada saat mau menulis tadi alurnya nggak begini, tapi ah sudahlah...
Kadang2 rasa membawa saya pada entah
Kata2 selalu menang, tak bisa dilawan!
Selamat dini hari, kawan! :-)*

Monday, January 30, 2017

H Minus Sekian

Seberapa jauh persiapanmu menghadapi ujian? Belum seberapa.

Beberapa hari ke depan saya akan menghadapi ujian, tapi gini hari ritme belajar saya masih biasa2 aja. Entah ya, kok rasanya saya belum matang mempersiapkan diri? Ntar kalau udah hari H ujian barulah bingung, baru lah panik datang, barulah kepala pusing tak karuan, barulah sesal datang kemudian. Ah sudahlah, maju saja dengan Bismillah. Berharap nanti ketika ujian dilancarkan dan diberi kemudahan. Diberikan ingatan yang tajam tentang materi hafalan. Dido'akan oleh orang2 kesayangan.

Sekarang pikirkan saja dulu tentang kesehatan. Maag yang sering kambuh, batuk yang bikin gatal tenggorokan, flu yang bikin hidung meler gak karuan, ujung2nya kepala juga ikutan kebagian pusing sehingga bikin sulit konsentrasi belajar (alasan! 😅).

Metamorfosa Kita

Akan datang saatnya aku lebih berbahagia dari kamu hanya karena melihat lengkungan di bibirmu. Akan tiba waktunya aku lebih jatuh ketimbang kamu ketika melihat senyum dan tawa lepasmu lenyap dari wajahmu. Akan sampai masanya kita tak lagi bingung mau berjalan kemana. Dan saat itu tak lagi ada sisi aku dan kamu. Dua makhluk asing itu akan berubah menjadi kita. Semoga.

Sunday, January 29, 2017

Harapan

Tak ada yang salah dengan harapan. Harapan
menjadi oase penyejuk bagi mereka yang letih berkelana. Harapan menjadi jembatan untuk sampai pada tujuan. Harapan membawa kita dekat dengan akhir perjalanan yang kita idamkan.

Sekonyol apapun harapan, ianya tak pernah salah. Harapan tidak dipandang dari sudut benar dan salah. Harapan boleh dihidupkan oleh siapa saja. Harapan ada untuk menyegarkan mereka yang letih berkelana, sekaligus menjadi jembatan pemberitahuan bahwa belum saatnya berhenti. Belum saatnya menyerah kalah. Belum tiba waktunya menghentikan langkah.

Harapanmu tidak ditentukan oleh orang lain. Harapanmu mutlak menjadi milikmu sendiri. Harapanmu tidak seharusnya dipatahkan orang lain. Harapanmu semestinya tetap hidup didalam dirimu. Harapanmu tak boleh mengecil sekalipun dunia tak selalu ramah padamu. Harapanmu tak boleh pupus. Harapanmu harus tetap ada. Harapanmu harus tetap menyala. Harapan harus menjadi nyata. Mungkin memang tidak semua, paling tidak pastikan beberapa.





Saturday, January 28, 2017

Bacalah! Lalu kenali siapa Tuhanmu

Tak ada yang kebetulan memang. Semesta benar2 bekerja seperti apa yang kita pikirkan. Semesta menarik apa2 yang kita pikirkan, apa2 yang kita konsepkan, apa2 yang tertanam dalam manifestasi benak dan alam bawah sadar kita.

Hampir sebulan ini saya menemui satu fenomena yang muncul dipermukaan. Beberapa hari menjelang tanggalnya tahun 2016 untuk kemudian diestafetkan dengan tahun 2017, saya menemukan secara acak/random satu fenomena alam semesta. Hampir sebulan ini saya mengikuti secara off line mengenai fenomena tersebut. Saya mengikuti dua akun sekaligus, pertama akun yg mendukung teori tersebut dan yang kedua adalah akun yang  menyanggah. Saya baca setiap kolom komentar yang ada disana, baik yang menyetujui maupun yang menyanggahnya. Saya mendadak rajin buka YouTube untuk mencari tahu apa yg mereka sangkakan. Tiap kali mereka membawa-bawa ayat Al-Qur'an, saya langsung ambil Al-Qur'an terjemahan untuk melihat apa2 yg mereka paparkan, dan mencoba menginterpretasi makna yg tersirat pada ayat tersebut. Memang, sebagai Muslim kita tidak boleh sembarang mentafsirkan ayat2 Al-Qur'an, maka saya hanya sebatas mengira-ngira.

Hari ini, saya baru saja menonton satu film karya anak bangsa yang mencoba mengangkat tokoh anak negri yg berkontribusi besar dalam bidang dakwah dan pendidikan Islam sebagai bentuk apresiasi. Judulnya Iqro! Yang artinya bacalah! Ini adalah ayat pertama yang terdapat dalam surah Al-Alaq dimana surah Al-Alaq 1-5 ini merupakan wahyu Allah yang pertama kali diturunkan kpd Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril di gua Hiro (Q.S Al-Alaq sendiri sendiri ada 19 ayat.) Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dalam keadaan illiterate, dalam keadaan buta huruf, buta aksara. Beliau gigil saat menerima wahyu karena tidak bisa membaca. Personally saya suka sekali dengan kandungan surah Al-Alaq ini. Perintah untuk membaca. Perintah untuk mencari ilmu pengetahuan. Perintah untuk melenyapkan buta huruf dan buta aksara. Dimana dalam Islam menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi kaum muslimin dan muslimat semenjak dari buaian hingga liang lahat. Bahkan ada pepatah yang mengatakan tuntutlah ilmu sampai ke negri China. Karena memang demikian pentingnyalah perihal menuntut ilmu ini, tak boleh ada kata cukup atau berhenti apalagi lelah untuk menuntut ilmu. Supaya manusia terbebas dari kebodohan, dimana kebodohan mendekatkan pada kemiskinan, dan kemiskinan mendekatkan pada kesengsaraan. Awal mula kemiskinan itu pada akhirnya bisa mendekatkan pada krisis moral manusia.

Dari film ini, setidaknya ada 3 intisari yang bisa saya ambil (tersurat secara jelas juga difilmnya). Pertama bacalah ayat2 Allah yang termaktub dan terkandung dalam Al-Qur'an. Kedua bacalah ayat2 Allah yang terdapat dalam penciptaan alam semesta. Dan yang ketiga bacalah ayat2 Allah yang terdapat dalam penciptaan diri sendiri (makhluk hidup). Apa maksudnya? Bahwa diri sendiri dan alam semesta raya ini semuanya adalah bahan ilmu pengetahuan yang mana semua ciptaan Allah harus kita croscek lagi dalam Al-Qur'an. Artinya science yang ada didunia ini harus sejalan dengan firman Allah. Jika ada yg tdk selaras sesungguhnya itu bukan salah Al-Qur'annya, melainkan ilmu science lah yang belum mampu mengungkap kebenaran yg terkandung dalam Al-Qur'an. Bisa jadi karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan, ataupun terbatas alat2 untuk meneliti alam semesta ini. Pendeknya dalam setiap penciptaan makhluk dan alam semesta ini mengandung ilmu pengetahuan, mengandung bukti kebesaran Sang Khalik, Allah SWT. Tinggal bagaimana kita mau belajar atau tidak. Karena pada akhirnya setiap pencarian kita akan ilmu membuktikan akan Kekuatan Tuhan yang mengantarkan kita menjadi makhluk yang jauh lebih bersyukur. Mensyukuri segala nikmat tak terkira yang telah diberikan oleh Allah kepada kita.

Lalu apa yang membuat saya takjub? Yang saya dalami hampir sebulan ini sedikit banyak tersajikan dalam film ini. Pada adegan tertentu, pikiran saya meloncat-loncat pada kolom komentar akun yang saya dalami dan juga terjemahan ayat yang saya coba cari tahu kebenarannya. Pada pembenaran dan penyangkalan alam semesta.

Saya sendiri percaya yang mana? Saya mempercayai ilmu pengetahuan yang dikuatkan pada dalil naqli dan dalil aqli. Kedua unsur dalil ini menjadi penting untuk dipegang dalam menerima satu ilmu pengetahuan karena menurut saya Allah sudah menyediakan jawaban atas pertanyaan2 kita. Karena kita diberi akal maka caritahulah ilmu itu dengan akal. Mudah saja memang bagi Allah untuk membalikkan satu keadaan, tak ada yang mustahil bagi Allah, Dia Maha Pencipta, Dia Maha Segala, namun Dia pasti juga mengetahui batas kemampuan kita, Dia tak mungkin membiarkan kita tidak dapat membaca tanda2 semesta. Dia sudah sajikan jawaban atas pertanyaan kita, tinggal apakah kita mau mencari tahu, membenarkan atau malah mengingkari ayat2 Allah. Sungguh terkutuk mereka yang menyalahi kebenaran firman Allah, kebanaran yang terkandung dalam penciptaan alam semesta raya ini. Karena sejatinya milik Allah lah apa2 yang ada dilangit dan dibumi, dan apa2 yang ada diantara keduanya.

Sunday, January 22, 2017

Cerita Embuh

Iseng-iseng kirim pesan ke mantan "hei, aku nge-blog lagi loh. Aku mulai nulis lagi".
Jawaban dia "Iyakah? Palingan ga sebagus dulu nulisnya"

Dari jawabannya atas pertanyaanku diatas akhirnya membuatku berpikir benarkah kualitas menulisku semakin entah? Hmm...
Jawabanku ke dia ya aku akhirnya pilih ngegombalin dia. Aku bilang ke dia bahwa tulisanku gak sebagus dulu krn objeknya bukan dia 😄. Padahal ya akunya sedikit terusik juga sama jawaban cerocosnya. Hahaha.

How come? Nih anak mulutnya suka sak penake dewe. Suka2 dia aja gitu mau ngomong apa aja ttg aku. Gak mikir apakah aku tersinggung apa gak, apakah aku bakalan terusik dgn ucapannya apa nggak. Dia udah kehilangan etika berbicara kalau ngomong sama aku. Mudah2an sih cuma sama aku aja sih dia kek gitu. Tapi aku kok gak yakin ya? Haha

Oke, lanjut ke poin di atas. Kenapa bisa aku sedikit terusik dgn ucapannya di atas? Sebenarnya ya aku sih ngerasa tulisanku emang gak bagus. Tulisan isinya sampah semua. Lol. Tapi karena dia bilang paling2 tulisanku gak sebagus dulu, aku jadi agak ge-er juga, berarti tulisanku dulunya buat dia bagus. Berarti dia dulu suka caraku bercerita (tersenyum bangga 😄). Tapi efek dari bilang kek gitu aku jadi lihat2 arsip tulisanku, mencoba mengukur perbedaan tulisan beberapa tahun lalu dengan tulisan yg beberapa hari lalu aku posting di blog ini. Sialnya pada awal aku nulis blog ini, itu sudah melewati masa menjalin hubungan dengannya. Tulisanku ttgnya ada di Facebook. Dan sayangnya akun Facebookku sudah lama menjadi almarhumah. Si empunya kehilangan akses untuk masuk ke fb. Udah gak bisa diziarahi lagi tulisan2 yg ada di akun itu. Syedih. Jadilah awal cerita di blog ini adalah tentang lelaki lain. Lol (Habis ini akunya di unfriend oleh mereka,  eh apa mending aku dahului mereka ya 😂)

Terus kesimpulannya apa? Nggak ada. Hahaha. Karena gak berhasil nemuin arsip tulisan jaman dulu waktu bareng dia, jadinya gak ada kesimpulan. Tulisanku dari dulu hingga kini bagus2 aja sih menurutku (ini sih akunya narsis parah, haha). Tapi ya yang namanya proses kreatif menulis itu kan naik turun, berkembang gitu, jadi ya setiap tulisan punya esensi dan cerita masing2, tergantung pembaca sih menilainya dari sudut mana. Tapi menurutku pribadi akunya males kalau tulisanku dinyinyirin. Dikira enak apa2 yg kita kerjakan dinyinyirin orang? Lah orang yg nyinyirin itu udah kasih kontribusi apa buat pemolesan karya tulisku? (alamak, bahasanya!) Nih ya aku kasih tahu, yang namanya penulis amatir kayak aku gini gak usah dinyinyirin karena emang ini tulisan cm cerita, belum ke ranah fiksi. Jadi gak usah prematur juga mengkritik ini itu. Harusnya disupprot terus biar rajin cerita, pembebasan jiwa lah. Biar balance antara rasa dan jiwanya. Biar gak gila. Syukur2 kalau berhasil bikin tulisan di blog dikasih coklat 1 kg sebagai award. Kan biar penulisnya semangat nulis sampah terus. Ala biasa karena biasa, men! Semuanya proses. Jadi better orang kayak aku gini didukung terus, disayangin, dinikahin. Eh?? 😄

Saturday, January 21, 2017

Cerita di Malam Minggu

"I love reading. I just hate having so many books to read and yet never having enough time to read them."

Kali ini ngebahas quote lagi. Hehe. Saya termasuk orang yang gemar membaca, dulunya. Kenapa saya bilang dulu? Karena kini intensitas saya pacaran sama buku jauh berkurang. Biasanya saya gemar mampir ke tokobuku, bawa sesuatu darisana, lalu membacanya beberapa waktu kemudian. Jangan kira 'beberapa waktu' disini dalam waktu yg relatif dekat dari tanggal dan waktu ketika saya membeli buku tersebut. Kenyataannya saya membaca sesuai mood saya. Seselonya (sesuai waktu selapangnya) saya.

Dulu, ketika saya masih hobi2nya membaca saya seringkali menimbun buku. Jadi saya sering mampir ke tokobuku dan membeli beberapa buku, lalu sesampainya di rumah mereka (buku2) tidak langsung dibaca. Disimpen dulu di rak buku, plastiknya aja gak langsung dibuka, ya asli diabaikan gitu aja. Mungkin kalau mereka bisa teriak mereka gak terima kali diperlakukan begitu. Haha. Mereka saya baca benar2 tergantung mood dan minat baca saya. Tergantung waktu lapangnya saya juga. Sebenarnya ya waktu lapang itu hanya alibi, kalau memang prioritas ya kapan aja bisa dikedepankan, ya kan? Ibarat PR waktu sekolah dulu, mau kegiatan kita seabrek pun tetap harus ngelirik PR sekolah. Tapi mungkin itulah yg membedakan PR dengan kegiatan baca tulis, PR menjadi mendekati wajib untuk dikerjakan sementara kegiatan baca tulis tidak. Mereka hanya utk mengisi waktu luang. Mereka hanya sebagai pleasure dan entertainment. Dengan kegiatan yang seperti inilah yang menyebabkan buku2 saya banyak sekali yang belum terbaca padahal mereka sudah lama sekali halal menjadi milik saya. Buku2 semenjak 1 atau 2 tahun yang lalu saya beli, atau barangkali 3 atau 4 tahun yg lalu masih ada loh yg belum saya sentuh, belum saya pacari, belum saya baca dan akrabi. Semoga saya tidak termasuk orang mendzolimi mereka. Amiin.

Akhir2 ini kegemaran saya dalam membaca jauh berkurang, saya tak tahu mengapa. Saya jarang berkunjung ke tokobuku, konon pula beli ya kan, mampir aja gak pernah? :(
Saya menjadi tidak terlalu hobi berbelanja buku. Biasanya ketika event tahun baru, minggu pertama awal tahun salah satu bookstore di Yogyakarta kerap mengadakan diskon special awal tahun. Gak tanggung2, all items men! Semua buku apapun yg ada di bookstore itu dibandrol promo diskon lumayan gede 30%. biasanya sih pada hari2 biasa hanya 10-15 %, tapi rata2nya 10%, gak heran pada event special awal tahun menjadi promo yg dinanti2 penikmat buku. Dulu saya sangat excited dgn promo ini. Gak jarang juga jd rajin menabung beberapa bulan sebelum hari H untuk kemudian pada hari H siap2 membobol tabungan. Pada event kayak gini suka khilaf sayanya. Belanja lumayan banyak cm krn promo, bacanya kapan? Entar2 deh, yang penting punya dulu. Gak jarang juga kebablasan gak dibaca sampai tahun berikutnya. Haha. Inilah yang dinamakan penimbun buku. 😄

Tapi semenjak mood baca saya berkurang, tahun ini menjadi tahun pertama saya tidak ikut serta pada event promo di atas. Dan seriously saya gak merasa menyesal. Saya gak lagi menggebu2 buat bolak-balik ke tokobuku untuk sekedar lihat2 atau searching buku tertentu. Sepertinya memang ada yang salah dengan saya ya? Jawabannya iya, tapi mungkin juga nggak. Saya sekarang lebih rileks mengenai buku. Gak cuma buku sih sebenarnya, dalam hal musik juga. Biasanya saya selalu 'maksain' untuk nonton konser musik musisi favorite saya. Tapi sebenarnya nggak juga sih, dari dulu memang agak membatasi. Kalau sekiranya jarak dari rumah menuju venue konser itu jauh dan sepi jalanannya, atau kalau venue nya di lapangan terbuka, saya pilih gak nonton. Apalagi kalau gak ada temen buat nonton barengnya, mending stay saved aja deh di-kosan. Saya kasih sampel. Bulan depan musisi favorite saya ada jadwal manggung, dan itu di kota. Di tempat yg representatif buat nonton konser, jarak rumah - venue gak jauh, gak terlalu sepi juga, namun saya agaknya pilih gak nonton. Gak tahu ya? Saya kok rasanya udah mendekati "males" untuk mengakrabi hobi2 saya dulu. Seperti ada yg menggerakkan, seperti ada yg berbisik itu tidak lagi menjadi prioritas saya. Prioritas saya kini hanya ingin segera menjadi Ibu, ehhh?? *kecolongan*

Sebenarnya saya gak nyesel karena mulai meninggalkan konser musik, yg agak saya sesalin ya hobi baca tulis saya ini. Saya merasakan banyak sekali manfaat membaca buku, sebab saya percaya buku itu gudang ilmu. Pepatah juga bilang bahwa buku adalah jendela dunia. Kita bisa mengetahui cakrawala dunia tanpa harus kita menetap disana, kita bisa mengetahui apa saja mengenai semesta dengan membaca. Yang terpenting manfaat membaca bagi saya adalah kita jadi bisa mengukur "kepekaan rasa" kita. Kita jd mengenali diri sendiri dan lebih mengakrabi semesta. Manfaat inilah yang tidak ingin saya hilangkan dari diri saya. Semoga semua ini kan cepat berlalu, semoga semua ini hanyalah persinggahan sementara bagiku... (revisi lirik musisi saya nih, hehe)

Jadi sebenarnya saya ingin sekali punya mood untuk bermesraan dengan pacar2 (baca: buku2) saya. Saya gak ingin mengabaikan mereka lebih lama lagi, saya ingin kembali merasakan jatuh cinta kepada buku. Semoga mereka bisa membimbing saya kembali...



Friday, January 20, 2017

Ceracau Aliran tanpa Hambatan

"Kalau airnya ngalir, enak ya?". Itu adalah pertanyaan teman saya mengenai wastafel yang mampet di sekolah saya. Biasanya wastafel itu kita pakai untuk mencuci tangan ketika hendak makan atau setelah melakukan kegiatan, atau kapanpun ketika kita ingin mencuci tangan. Airnya mengalir ke pembuangan tanpa terhambat. Tapi kini saat wastafel yg biasanya digunakan sehari-hari mampet, akhirnya untuk sementara waktu tidak bisa digunakan. Terpaksa berjalan agak jauh, pindah ke wastafel lain.

Dari satu pertanyaan itu imaji saya terbang jauh. Ada yang tetiba berbisik dalam diri saya "kalau amal jariyahnya banyak enak ya, besok kalau sudah meninggal masih bisa mengalir ke kita terus pahalanya." Kadang2 saya suka heran dengan alam pikiran saya sendiri, tak ada yg benar2 bisa saya pahami. Meskipun ianya milik saya. Ia suka melompat kesana-kemari. Dari yang mulanya selentingan pertanyaan kecil membawa saya berpikir jauh. Alam imaji saya seringkali tak terkendali. Tapi ya saya bersyukur dengan apapun yg sudah Allah berikan ke saya, termasuk alam pikiran yang absurd ini.

Saya bersyukur dengan analogi pemikiran saya yg seringkali tak terduga. Seperti contoh diatas misalnya. Jujur saja, saya takjub dengan pemikiran yg demikian. Saya semacam diingatkan untuk selalu berbuat baik dan beramal sholih, bershodaqoh amal jariyah kepada siapa saja semampu saya. Sebab pada akhirnya amal2 itulah yang akan menolong dan meringankan hukuman dan dosa2 saya kelak di akhirat sana.

Karena alam akhirat itu ghoib namun pasti adanya, saya suka ngeri ngebayangin besok di akhirat itu gimana. Semua serba rahasia. Kita diperlakukan sebagaimana perlakuan kita di dunia. Ada Allah sebagai hakim tertinggi. Punya semua catatan dan bukti amalan dan dosa2 kita tanpa pernah kita bisa sembunyi darinya, mudah2an kelak kita mendapat ampunanNya. Amiin. Bye the way, ngomongin akhiratnya udahan ya, ngeri sendiri saya jadinya. Karena sebelum ke akhirat, kita harus mampir ke alam barzah dulu. Menunggu Qiamat datang dengan menanggung siksa kubur yang panjang. Entah sampai kapan waktunya kita dibangkitkan Tuhan.

Nah, sekarang kiita tarik benang merahnya. Kembali ke amal jariyah tadi. Kalau amalan2 kita banyak dan bermanfaat bagi banyak orang, amalan2 itu terus mengalir meskipun ruh telah terpisah dari raga. Selagi kita menanti hari kebangkitan yang entah kapan datangnya, kita mampir di alam barzah dulu. Kalau amalan2 kita banyak dan terus mengalir, banyak orang yg mendo'akan dan memanfaatkan amalan jariyah kita, kita bisa panen kebaikan di alam lain. Syukur2 berakibat siksa kubur kita diringankan atau malah dihapuskan. Apalagi jika amalan2 itu mjd pemberat timbangan amal kita di yaumul hisab, kan lumayan nambah2 amal, jadinya jarak tempuh dan waktu di surga atau neraka lebih pendek. Sebenarnya ada 3 hal yang tak terputus ke kita, masih bisa kita rasakan manfaatnya meskipun kita telah tiada lagi di dunia. Apa itu? 1. Anak yang sholih 2. Ilmu yang bermanfaat 3. Amal jariyah. Saya takut salah kalau ketiganya ntar saya jabarin, jadi end clear closed aja ya..
(Kenapa tetiba saya jadi tausyiah ya? Haha. Maafkan)

Jadi intinya saya cuma mau bilang, kepekaan rasa itu perlu diasah. Ia tak datang tiba2. Ia datang dengan perjalanan juga. Awalnya harus kita undang, tapi setelah ia datang bagaimana perlakuan kita terhadapnya? Biasa aja? Menolak dan menyangkalnya, atau 'berkenalan' lebih jauh lagi kepadanya? Semua keputusan ada di tangan kita sendiri. Mau disikapi bagaimanapun itu mutlak pilihan kita. Seperti pemikiran ini misalnya, sebenarnya ini adalah pemikiran saya sekitaran 2 bulan yg lalu, tapi kenapa baru saya tuliskan sekarang? Saya gak tahu. Setelah berbulan2 saya abaikan, ia kini memanggil saya lagi. Mungkin ia tak ingin diabaikan oleh saya. Hehe. Jadi sebenarnya tak ada yang acak pada pemikiran kita, semua adalah 'panggilan' buat kita. Sama halnya seperti panggilan adzan. Ia memanggil2 bukan hanya utk didengarkan, tapi agar kita bersegera meninggalkan kegiatan duniawi dan segera mendirikan sholat, meraih kemenangan. (Maafkan jadi tausyiah lagi). Seperti itulah panggilan kita, ia memanggil2 agar kita merespon dan melakukan sesuatu. Semoga saja kita bisa lebih peka. ^^



Thursday, January 19, 2017

I Won Myself

Naluri malam Jum'atnya lagi "keluar" harap maafkeun kalau ngomongnya ngelantur. 😁

"If your ex blocks you, you won".
👆
First time I read it, I laughed out loud. Because what? Because I had a kind-hearted ex, but I did it to my special ex. I did what? I blocked him from all social media accounts. I blocked him from my life. But, did I loose? No, I won. I won to fight myself to remember him, to pass away everything about him. Yeay! 🎉🎉🎉

Menjalin hubungan baik dengan masa lalu kita itu ibarat mengenali diri sendiri. Mengenali kekuatan yang kita punya. Ada memang hal2 yg perlu dan harus diingat dan dikenang, seperti wejangan norma2 kehidupan dari orang tua kita misalnya, namun disisi lain ada pula hal2 yg sengaja harus kita lupakan, ya misalnya perkara ex ini. Haha. Buatku masalah block menge-block ini bukan masalah menang kalah, tetapi lebih kepada melanjutkan hidup (lalu mengalunlah lagu Lanjutkan Hidupmu oleh Jikustik 😁). Kenapa begitu? Ya karena saya sadar, fase kehidupan saya dengannya hanya sampai di titik itu. Harus terhenti dan tidak mungkin dipaksakan untuk diteruskan. Seperti lembaran pada sebuah buku, ceritanya telah usai hingga halaman terakhir, tidak ada kelanjutan cerita karena penulis telah menamatkannya. Untuk melanjutkan cerita, kita hanya butuh lembaran baru, buku baru, orang baru. Eloknya dalam kisah kehidupan kita, penulisnya adalah Allah SWT. Dzat yang Maha Segala. Dia yang paling tahu apa2 yg terbaik buat kita. Sebagai hamba kita hanya perlu bersabar dengan cara kerja-Nya. Karena sesungguhnya dialah sebaik-baik Perencana.

Kembali ke masalah blok-memblok. Saya sedikitpun tidak merasa kalah karena telah memblok semua akunnya. I did unfriend, delete contact, unshared toward him. Honestly I'm free after did it. Alur hidup saya udah gak perlu lagi buat dia ketahui, begitupun sebaliknya. Gak penting lagi buat saya dia mau ngapain atau mau posting apapun karena ya itu tadi, kehidupan kita tdk lagi beririsan. Yang tadinya saling butuh kabar, ketika tdk lagi bersama kembali menjadi asing. Totally. Buatku memang lebih baik ga ada kontak sama sekali. Bukan karena masih nyeri, tapi lebih kepada penerimaan diri. Biar sama2 bisa melanjutkan hidup masing2. Gak saling mengetahui kan jadinya gak saling kepingin tahu detil lebih jauh. Biar kalau mau posting apa2 gak harus dikomentari. Kalau mau posting gebetan juga gak perlu jaga hati. Lol

Hal lain yang lebih penting dari sekedar penerimaan diri adalah menjaga hati. Kali ini tidak menjaga hati ex kita, tapi menjaga hati calon pasangan kita. Pasangan kita kan juga punya hati, nah hatinya itu yg kini harus dijaga. Yang namanya hati laki2 sekuat apa juga tetap aja bisa patah. Salah satu kekuatan  lelaki itu runtuh karena wanita. Masa iya sih kita tega biarin pasangan kita yg baru hatinya patah? Ntar yg repot siapa? Ntar yg nyembuhin siapa? Ya kita juga. Jd better kita ga bersinggungan lagi dengan masalalu (ex), kesian ntar dianya senewen, gak bisa tidur, camberuan, ujung2nya jd nyinyir dan curigaan sama kita. Gak mau kan? Intinya kalau mau membangun hubungan baru jangan lagi ada sisa apapun dari orang masalalu kita. Buat saya sih gak nyaman. Saya pun gak mau diperlakukan demikian. Nah, sebenarnya rumus paling sederhana dalam kehidupan adalah "jika kamu tak ingin diperlakukan seperti yg tidak kamu mau, ya jangan memperlakukan orang lain seperti itu". Intinya hidup itu timbal balik. Perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Begitupun sebaliknya.

Enyiwei, saya cuma ngeblok satu ex saya. Gak semua ex saya blok. Saya juga ada yg masih temenan sm ex di akun media sosial. Belum sampai pada tahap blok-memblok. (cuma belum aja nih, haha). Sejauh ini mereka masih dlm tahap normal, sesekali masih berkabar, kita juga gak ada dendam, dan udah gak punya rasa apa2, kadang2 kepo juga dgn urusan asmara masing2. Masih bisa dikatakan harmoni lah, masih bersilaturrahim dengan cara baik meskipun sudah beda frame. Nah, tetiba ada pertanyaan yg mengusik "lah terus apa yg membedakan masih bisa berhubungan dengan mantan atau tidak?". Hmm, mungkin kadar cintanya. Kadar cinta yg seperti apa? Ya gitu deh.

Tapi ya gak cuma sm mantan aja loh hukum blok-memblok itu berlaku di saya. Sama gebetan juga. Lol. Jadi ceritanya saya pernah jatuh cinta sm seseorang, tapi ya gitu ritmenya cinta dalam diam lagi, cinta dalam do'a lagi. (saya sih emang pecinta yg payah, gak berani jatuh cinta terang2an). Beberapa bulan kalau gak mau dibilang setahun, saya bisa menikmati kisahnya dari jauh. Awalnya sih fine2 aja tau aktivitas dan keberadaannya, tapi lama2 nyesek juga. Bobol juga pertahanan saya. Belajar dr yg kemarin gak boleh jatuh cinta diam2 lagi dlm waktu yg relatif lama, jdnya ambil short cut. Maka menarilah jari tekan tombol removed friend, delete contact, unfriend, unshared, and unfollow. Meskipun setelah itu sesal datang kemudian. Cerita ke temen adanya cuma diketawain. Syedih, teman macam apa dia ya? Haha.

Tapi ya itu, saya sadar bahwa setiap pilihan punya konsekuensi. Adalah kita yg memutuskan pilihan maka kita harus berani menanggung segala akibatnya. Kadang2 kita perlu pura2 tangguh untuk mengundang ketangguhan itu pd kita. Saya orangnya gitu. Saya sering ngomong sm cermin, ngomong sama diri saya sendiri agar diberikan kekuatan dan kemudahan dlm menghadapi warna-warni rasa, saya kenali diri saya dengan monolog supaya jiwa saya tau dia punya raga yg sejalan rasanya. Bahwa segala yg ada didalam diri saya harmoni adanya. Jiwa dan raga menanggungnya bersama.

Sekian.